[Bukan lagi aku]
•••
Langkah gontai dari sepasang sneakers berwarna putih itu membuat siapa saja tau, jika sang pemilik sepatu sedang tak ingin di ganggu. Kepalanya menengadah, menatap gumpalan awan mendung sembari tertawa sumbang, bahkan sang langit ikut andil dalam kesedihannya perkara kepergian sang kekasih, entah kemana.
Pria manis itu sungguh-sungguh dengan ucapannya, benar-benar pergi setelah kata pamit terucap dari mulutnya, dan benar-benar mundur, meninggalkan Tay tawan sendirian.
Langkahnya terhenti di tengah-tengah jembatan lama yang jarang di gunakan, duduk di sana, terdiam dengan sebuah surat yang belum berani ia buka dan ia baca isinya.
Getaran ponsel yang berada di saku celana membuat perhatiannya teralih sementara, dengan malas ia meraih benda pipih itu, harapannya nama Newwiee tertera disana, namun harapan ya hanya sebuah harapan, kenyataannya tidak begitu.
Ia sama sekali tak punya niat untuk menjawab, lantas memutuskan untuk menonaktifkan ponselnya. Iris hitam pekat lengkap dengan sendu terpampang nyata, mulai teralih pada sepucuk surat yang berada di genggaman tangan sebelah kanan.
Hembusan napas panjang dari lelaki berkulit tan itu terdengar, dengan jantung berdetak tak karuan, ia mulai membukanya secara perlahan. Tulisan rapi milik sang kekasih langsung bisa ia lihat.
Teruntuk Tay tawan vihokratana.
Tawan, maaf jika keputusan ku terlalu kekanak-kanakkan. Maaf karena aku kembali mengucapkan kata pisah, namun kali ini melalui sebuah tulisan. Maaf karena aku membuat semuanya menjadi lebih rumit. Maaf karena aku tak bisa lagi bersama kamu. Perihal rasa cinta dan sayang ku, gak usah kamu tanya lagi segimana besarnya.
Dan sekarang sudah tiba saatnya dimana tempatmu mengadu bukan lagi aku. Kamu keliru tentang rumah mu untuk berpulang. Aku ini hanya tempat singgah mu, tepat untuk melepas penat, sementara. Biar sementara tapi aku bahagia, biar pun keliru tapi aku mempersilahkan kamu untuk masuk, sebentar.
Terima kasih untuk segala kebahagiaan tiada tara yang kamu berikan secara percuma. Tawan, bukan cuma hati kamu di aku, karena kalau boleh jujur, sejak awal hatiku udah sepenuhnya milikmu. Seperti yang aku bilang kemarin malam, aku benar-benar pergi, namun caranya begini. Maaf tak langsung mengucapkan pamit secara langsung untuk yang kedua kalinya sama kamu.
Tawan, nyatanya nama kita gak ada di dalam buku catatan semesta berjudul kalian bersama selamanya.
Matahari yang ini, bukan milikku lagi. Karena sejak awal, kamu memang bukan punya aku.
Sayang, jangan cari aku. Temui kebahagiaan mu yang baru.
Dengan ini, Tay New benar-benar usai.
Untuk pertama kalinya, sesak di dada terasa begitu nyata, jemarinya bergetar dengan sepucuk surat yang selesai ia baca, pun air mata yang jatuh sendiri membasahi pipi.
•••
-Joya-