[Bukan lagi kita]

•••

Perlahan perhatian Thitipoom mulai teralih tak kala kakinya berjalan menelusuri rak-rak berjajar rapi, mengamati satu-persatu buku yang mungkin berkenan di hati, lalu ia beli.

Gun diam, berjalan mengikuti Thitipoom dari belakang, benar-benar mengekori temannya, karena sejujurnya cowok bertubuh lebih pendek dari Thitipoom itu tak suka membaca.

“Gue udah punya yang ini, seru banget lho Gun.” Thitipoom berujar.

“Ini gak mau New?” ucap Gun memamerkan novel bersambul hitam dengan tanda 21+ di ujungnya.

Sontak Thitipoom memukul pelan lengan teman sebayanya “Anjir lu.”

Kekehan keduanya terdengar, Gun senang, setidaknya Thitipoom bisa tertawa untuk saat ini, karena kalau mau melihat lansung, mata pemuda berponi rapi itu cukup sembab.

Setelah lebih dari tiga puluh menit berkeliling, akhirnya Thitipoom berjalan ke kasir dengan lima buah novel yang berada di dekapannya.

Senyum tipis si manis terukir di wajahnya, merasa puas karena ada satu novel yang begitu ia cari akhirnya dia temukan.

“Udeh?”

Thitipoom mengangguk, kedua anak adam itu berjalan keluar, katanya Thitipoom mau nyari nasi padang, Gun meng-iyakan saja, karena ia tau Thitipoom itu susah sekali di ajak makan di luar.

Cowok berkulit putih itu tepi manusia yang beli di bungkus, makan dirumah.

Keduanya berjalan keluar dari mall, sesekali terkekeh pelan dengan obrolan yang mereka ciptakan.

Sesuai ucapan Thitipoom di uks tadi, ia tak ingin membahas Tawan, dan Gun menyanggupinya, toh nanti Thi bakalan cerita sendiri.

Senyum tipis yang menghiasi wajah si manis lantas memudar, air mukanya langsung berubah tak kala netranya menangkap dua anak manusia dengan gelak tawa yang tercipta diantara mereka.

Tawan dan Mild berada tak jauh darinya.

•••

-Joya-