[Cerita]
•••
Jika matahari telah pergi, maka bulan dan bintang yang akan menemani langit dimalam hari.
New masih mengunyah makanannya, sejujurnya ia sudah cukup kenyang, namun jika di buang kan sayang.
Baik Tay maupun New memang belum ingin beranjak dari tempat ini. Katanya terlalu mager untuk berdiri.
“Lo tau gak New, gue tuh selalu mikir. Gue suka nih ganti-ganti pasangan, karena di pikiran gue, cuma pacaran.”
“Gue gak main perasaan, tapi di saat hati gue udah jatuh sama satu orang, gue mau usaha buat tetap sama dia.”
“Tau gak kenapa?”
New menggeleng, masih mendengar ucapan Tay yang serius kali ini.
“Karena bokap gue pernah bilang, kalau kita udah sayang, berjuang tak lagi terasa melelahkan”
“Jadi ceritanya, kamu mau kayak ayah yang sayang ke bunda?”
Tay mengangguk, mengelus rambut halus New. Cowok berkulit putih itu menghela napas panjang.
“Aku malah gak mau kaya Papa, aku iri lho sama keluarga kamu Tay, harmonis”
“Aku gak niat buat membandingkan, cuma ya namanya manusia pasti punya rasa kurang terus kan”
“Kadang gue suka kesel kalo lagi ngaca, mirip banget sama Papa. Cuma gue selalu berdoa agar gue bisa jadi orang yang setia”
“Di umur 14 taun orang tua gue pisah, ya gue mau marah juga gak bisa, akhirnya cuma bisa nangis, bertanya sama semesta kenapa hidup gue kayak isinya bercandaan semua”
“Kamu tau gak Tay, pilihan terbangsat yang pernah gue hadapin apa?”
“New, kamu mau ikut siapa?”
•••
“Sebenarnya jadi orang setia gak susah, ya kan. Tapi memang kata setia gak bisa di sematkan untuk semua orang”
“Udah berapa tahun ya gue gak ketemu Papa, dan hidup gue biasa aja tanpa kehadirannya. Kayak gue sama Mama aja udah lebih dari cukup”
“Karena buat gue pribadi, kata maaf itu gak ada buat orang yang ingkar dengan pasangannya, dengan anaknya, dengan orang yang katanya ia cinta”
“Kalau cinta, gak mungkin mendua. Terus bilang kalau dia akan adil, itu bullshit”
Tay masih diam, membiarkan New mengutarakan semua ceritanya, kadang manusia cuma butuh di dengar, tak perlu di kasih masukan apa-apa.
“Dari kejadian orang tua gue. Gue punya niat gak pacaran bahkan sampe gak mau menikah, karena gue pikir, menerima orang buat jadi teman hidup gue, selain diri gue sendiri, itu gak ada, gak akan pernah jumpa”
“Isi kepala orang itu beda-beda, pun dengan perasaannya, gue juga mikir punya teman untuk berbagi luka itu adalah hal yang sia-sia, sampe gue ketemu orang yang bisa matahin semua sampah di kepala gue tentang itu”
“Tay tawan orangnya.”
•••
-Joya-