[Ciuman]
•••
Senyum manis menenangkan hati terukir begitu indah di wajah tampannya, bagaimana lelahnya langsung hilang, melayang entah kemana saat netra hitam pekatnya tertuju pada pemuda berumur dua puluh empat tahun yang berada beberapa meter darinya, dengan kemeja kebesaran melekat di tubuh rampingnya, poni rapi yang menutupi dahi, pun dengan iris kelabu yang paling ia suka dilihat lama-lama.
Pria bernama lengkap Tay tawan vihokratana itu melangkah dengan santai sembari menutup pintu kost-an miliknya, merentangkan kedua tangannya yang langsung di sambut dengan senang hati oleh sang kekasih.
Yang lebih tua langsung memberi kecupan bertubi-tubi, mencium kedua pipi gembul dengan sesuka hatinya, gemas betul lelaki bernama Newwiee ini.
“Padahal aku udah bilang bakal pulang cepat, tapi tetap aja kalah cepat dari kamu.” pria berkulit tan itu berujar.
“Ya gimana enggak, aku jam empat udah cabut dari kantor, langsung ke apotek, belanja, pulang dulu buat mandi biar ketemu kamu aku udah wangi hehehe.”
“Niat banget, aku cium lagi nih.” setelah menyelesaikan kalimatnya Tay benar-benar mencium seluruh wajah si manis, berujung dengan gigitan super gemas di bagian pipi kiri.
Ringisan pelan langsung terdengar, namun New sama sekali tak merengek atau apapun, dia hanya diam menerima semua perlakuan Tay tawan. Karena malam ini, ia mau hanya ada dirinya dan sang kekasih, ia hanya mau mereka berdua saja, itu sudah cukup.
Yang lebih muda melepas pelukan mereka, berjalan ke sofa panjang yang berada di ruang televisi, mendaratkan bokongnya disana, Tay mengikuti pujaan hatinya dengan mulut terkunci rapat.
“Kenapa kancing kemejanya di buka?” Pertanyaan begitu polos keluar dari mulut yang lebih muda saat Tay membuka dua kancing teratas kemeja hitam yang melekat di tubuh atletisnya.
“Panas, sayang.”
“Kenapa kamu mepet-mepet ke aku?”
“Kangen.”
New hanya menanggapi sayang kekasih dengan seulas senyuman tipis, mengubah posisinya dengan berbaring, menyenderkan kepalanya di pegangan sofa. Dan yang lebih tua dengan begitu semangatnya langsung mengurungnya, mengukung si manis dengan kedua alis di naik-turunkan.
“Jangan di gigit bibirnya.”
New tak mendengar larangan pria berkulit tan yang berada di atasnya, malah semakin mengigit bibir bawahnya, lalu ia berucap “Emang kenapa kalau aku gigitin? toh ini bibirku sendiri.”
“Terus aja gigitin, aku cium kamu.”
“Kalau begitu aku bakal terus gigitin bibirku biar di cium kamu.”
“Aku udah peringatin kamu, Cantik.”
Helaan napas panjang terdengar, netra hitam pekat itu menggelap, semakin mengikis habis yang namanya jarak di antara mereka, New tersenyum begitu manis, seakan memang ini yang ia mau, setelahnya, kedua bibir anak adam itu menyatu, menemukan pasangannya masing-masing, melumat, saling menyesap, memagut dengan begitu mesra, melupakan kegiatan yang sebenarnya harus mereka kerjakan berdua, yaitu memasak bersama, sepertinya kegiatan itu sudah tak ada lagi di dalam ingatan mereka.
Karena sejak awal ia menginjakkan kakinya di kost-an milik Tay tawan, New hanya mau mereka menghabiskan waktu seperti ini. Bermesraan.
•••
-Joya-