[Dancing in the rain]
•••
“Allahuakbar lo kenapa gak pake payung”
Cengiran khas cowok berkulit tan itu terukir di wajahnya. Tanpa ada rasa bersalah atau apapun, cowok berkulit tan itu malah mengajak New untuk bergabung bersamanya.
“Lo gila ya, udah mau malem ih gak mau gue”
“Ayo, kalau sama Tay tawan mau malem, subuh, siang, petang, senja, sore, apalagi ya? Apa aja lah semua bakalan aman, apalagi ini elo, New. Orang yang selalu gue perjuangkan”
New menghela napas, menutup pintu rumahnya dan berjalan mendekati Tay, air dari langit itu langsung menyerbunya dan ia basah kuyup.
“Ikut aku sini”
New lagi-lagi menurut, jemari mereka bertaut, berlari kecil di bawah hujan, hal sepele memang, namun kesepelean itu bisa jadi yang paling membekas di ingatan.
Tay mengelus jemari New, masih berlari kecil, keduanta terkekeh padahal tak ada yang lucu.
“New, gue ada game seru. Denger baik-baik aba-aba gue ya”
“Nanti, kita mencet bel rumahnya Off, Gun, Sm, sama Bright terakhir karena rumah dia paling jauh dari kita”
“Ih gak boleh gitu, lo iseng ban-”
“Gue jamin, itu seru abis”
•••
Tawa kencang itu terdengar tak kala berhasil menyelesaikan yang katanya game itu. Napas keduanya pun terengah.
“Capek, gue kayak berkeringat tapi ini hujan” New berucap.
“Mau balik gak? Udahan?”
“Gak mau, gue mau keliling komplek”
Tay menurut, mengikuti semua kemauan kekasihnya dengan senang hati, karena sejujurnya, ia ingin menciptakan momen yang begitu banyak, bersama New.
“Tay, gue sayang banget sama lo”
•••
Hujan mereda, hanya tinggal gerimis saja, namun kedua anak manusia itu belum juga mau pulang kerumah masing-masing hanya untuk sekedar membersihkan diri.
Tetesan air dari rambut basah Tay membuat New terdiam, Tay begitu tampan namun New tak ingin memberi tahu cowok itu. Nanti kepede-an.
“Kok gak ada pelangi sih” keluhan dari cowok berkulit putih itu terdengar, duduk di pinggir danau taman komplek, hanya ada mereka berdua. Kata Tay menunggu pelangi, padahal ia asal sebut saja tadi, eh malah New mengira beneran.
“Gak mood kali, bidadarinya males mandi” jawab Tay bergurau.
“Bibir lo pucet, ayo pulang”
“Gak mau, nanti aja. Bentar lagi deh”
Tay masih setia menatap manik mata milik New, jantungnya bedetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya, anehkan, padahal cuma saling tatap-tatapan.
“New, kalau mau pergi, kasih tau ya, jangan ngilang kayak di telan bumi”
“Aneh lu”
“Gue serius, aku takut kamu hilang, aku takut kamu gak sama aku lagi, aku takut kamu pergi”
Senyum manis cowok berkulit putih itu terkukir, ia mengangguk pelan “Kita hilangkan segala ketakutan kita sama-sama ya, Tay”
•••
-Joya-