[Di bumi]

•••

Kadang ada gak perlu hal-hal serius untuk bersama-sama terus. Senyum manis cowok berkulit seputih susu lengkap dengan poni yang menutupi dahi. Ia mulai mengendarai mobil putih miliknya dengan kecepatan sedang.

Lagi-lagi lagu milik Pamungkas mengalun indah di mobilnya, namun kali ini berjudul Lover stay. Ia ikut bernyanyi dengan sangat santai.

“Money comes and goes but lover stay” senyumnya semakin merekah begitu lirik itu terdengar.

Malam hari, mengendari mobil sendiri, dan bernyanyi merupakan hal yang paling New minati.

Sekitaran lima belas menit, mobil putih milik New sudah terparkir rapi di depan garasi rumah Tay. Ia langsung keluar, hal yang pertama kali dilihatnya adalah senyum Tay tawan. Ternyata cowok itu menantinya, sendirian pula di pos satpam.

“Pak Alim kemana?” New bersuara, Tay masih menapilkan senyum termanis yang ia punya, berjalan mendekati New lalu meminta maaf karena tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi gembul sang kekasih.

“Main catur di belakang, sendirian hehehe”

New memukul perut cowok berkulit tan itu dengan sebal.

“Beneran Nyu, kalo gak percaya liat aja sendiri”

“Ada-ada aja”

“Memang pak Alim ada-ada aja, kalau kamu mana salad buah punya aku?”

New tersenyum, memamerkan paper bag berwarna biru muda pada Tay, keduanya terkekeh pelan.

“Tapi Candy udah tidur?”

“Kata kamu dia tidurnya jam sembilan-an” protes New.

“Iya aku bercanda hehehe”

“Ayo masuk, anggap aja rumah pacar kamu”

•••

“Newwiee, sini-sini gausah deket-deket sama Tay dia bau belom mandi dari pagi”

Ucapan Muk terdengar begitu TayNew menginjakkan kakinya kedalam rumah. New terkekeh pelan memdengarnya sedangkan Tay menatap sang kakak dengan tatapan sinis miliknya.

“Bi Muk tolong buatkan pacar saya minum, haus nih anaknya”

“Bi bi bibir lo, stop perkenalkan gue jadi pembantu lo kalau ada orang yang datang, gue kakak lo Tay tawan”

“Ya abisnya muka lo mendalami peran begitu”

New kembali terkekeh, perdebatan lucu antara kakak dan adik ini adalah hal yang New tunggu jika mengunjungi rumah Tay.

“Udah deh kak, lo masuk kamar sana gue mau pacaran lagian ya orang tua gak bagus tidur kemalaman” Tay berujar.

“Pintu keluar di sebelah kiri Tay tawan”

“Candy tinggal aja nanti gue yang tidurin, New bawa salad buah. Lo makannya besok aja gausah ganggu gue mau pacaran, udah sana masuk kamar Bi Muk”

•••

Gadis cilik berambut tergerai indah itu sedari tadi mengoceh pada New tanpa henti, Tay heran saja, mengapa Candy bisa begitu cepatnya dekat dengan New. Karena biasanya, Candy sangat susah akrab pada orang baru.

Mau tau apa yang Tay tawan lakukan sedari tadi? Menyaksikan perbincangan New dan keponakannya saja, sesekali tersenyum dan terkekeh ringan.

“Kakak ada bawain salad buah, Candy suka gak?”

Candy mengangguk sebagai wajaban, ia tersenyum semangat “Suka, Pak Alim juga suka kalo Mama buat salad buah. Yang gak suka Bang Tay”

New sontak menoleh ke kanan, tepat dimana Tay duduk di sampingnya, cowok manis itu menaikkan kedua alisnya, sedangkan yang di tatap hanya menampilkan cengiran tak berdosa.

“Hehehe, kalo kamu yang buat aku mau kok nyobanya Nyu”

•••

“Kamar kamu ini gelap banget ya”

Tay mengangguk setuju, memang benar.

“Iya apalagi kalo mati lampu, yang keliatan cuma gigi aku”

New terkekeh mendengarnya, jam sudah menunjukkan angka setengah sepuluh malam. Namun New masih di tahan oleh Tay untuk pulang.

Keduanya tengah duduk santai di ujung kasur milik cowok berkulit tan itu. New menyenderkan kepalanya di dada bidang sang kekasih.

“Kamar ini dulunya warna pink, kamarnya Kak Muk. Cuma semenjak Ibu pergi, kamar di bawah gak ada penghuninya selain kamar Ayah. Lagian Ayah kan jarang pulang”

“Makanya di gantiin jadi kamar kamu”

“Bener, pinter banget sih Nyuwi”

New terkekeh pelan, menyapu pandangannya kesepenjuru kamar luas milik Tay. Tak banyak barang disini, hanya ada lemari, satu meja belajar, televisi, sofa di sudut pas dekat jendela, dan terakhir tempat baju kotor.

“Kamu gak suka banyak perintilan”

“Enggak, bahkan sangking gak sukanya aku naruh semua buku sekolah di laci kelas”

“Tay”

Tay yang tengah asik mengelus tangan New pun berdehem sebagai jawaban.

“Kamu punya rencana kuliah? Eh kalau gak nyaman gausah di jawab Tay”

“Punya, aku pengen jadi dokter. Tau gak kenapa?”

New menggeleng, membuat yang lebih tua tersenyum lalu beralih mengelus rambut halus milik New.

“Karena aku mau di ingat, gini contohnya. Kalau kamu sakit kamu ingat aku, karena aku dokter. Kamu paham gak sih Nyu apa maksud ku?”

“Paham, cukup paham”

“Kalau boleh tau, mau kuliah dimana?”

“Di bumi”

•••

-Joya-