[Edward cullen]
•••
New menghela napas panjang, melangkah mendekati seseorang yang tengah menyerhakan seluruh perhatiannya pada buku tebal yanh berada di depannya.
New berdiri di depan cowok itu, ia tersenyum kaku tak kala cowok berkukit tan dengan tatapan tajam itu mengalihkan fokusnya dari buku.
“Selamat pagi kak” sapa New.
“Udah siang”
Jawaban itu terdengar begitu ketus, New hanya bisa terkekeh pelan, tak ada yang lucu tapi dia sedang malu.
“Apa benar ini Tay tawan?” pertanyaan dari New tak kunjung ada jawaban, cowok itu kembali mengalihkan perhatiannya pada buku, membuat New agak kesal namun ia harus menahannya.
“Kak, halo, kak”
“Lo buta, gak bisa baca name tag gue”
New tersentak, cowok itu begitu sarkas. Memang beginikah sifat Tay tawan?
“Oh iya, benar Tay tawan. Kalau begitu aku mau minta tanda tangan kakak unt-”
“Gue sibuk, cari yang lain aja”
Demi Hanjipyong New mau nangis sekarang, tak bisakah Tay tawan melembutkan nada bicaranya sedikit saja?
“Tapi kak, aku harus dapetin tanda tangan kakak, kalau enggak aku di hukum”
“Urusan sama gue apa?.”
“Ya Allah kak, tolongin aku dong sekali aja”
Tay mengubrisnya, ia tak lagi mau beradu mulut dengan cowok manis di depannya ini. Begitu menyebalkan.
“Kak, tolongin aku dong”
“Waktu ku tinggal satu jam setengah lagi”
“Kak Tay tolo-”
New menghentikan rengekannya, iris kelabu itu menatap cowok berkulit tan yang tengah meraih ponsel dari saku seragamnya, lalu menelepon seseorang.
“Singto, apapun yang lagi lo dan anggota lo lakuin, jangan pernah libatin gue” Tay bersuara, lalu beralih menatap New.
“Nama?” Tay bertanya.
“Newwiee thitipoom, kak”
“Murid bernama Newwiee thitipoom di hukum aja”
•••
-Joya-