[Kalau]
•••
Pria berkulit tan itu memejamkan matanya sembari menetralkan debaran jantung yang menggila di tempat, setelah menghembuskan napas panjang, dan meyakinkan dirinya, barulah Tay membuka pintu mobil.
Langkah kaki di balut sneakers putih itu bertehenti di depan pagar sembari menampilkan seulas senyuman tipis pada sang pemilik rumah.
“Tay kemana aja ya ampun.” begitu ucapan wanita paruh baya berparas ayu itu.
“Ayo masuk-masuk.”
Tay lagi-lagi hanya bisa tersenyum, berjalan masuk kedalam rumah bercat putih gading yang dulunya hampir setiap hari ia singgahi, netra hitam pekat sang empu mengalihkan perhatiannya pada sebuah foto yang terpajang apik di dinding ruang tamu.
Matanya terus memandangi foto berbingkai itu, senyuman yang sudah lama sekali tak ia lihat secara langsung, tangan yang sudah lama tak ia genggam, air matanya turun tanpa permisi, seakan tersadar dari semuanya Tay langsung menyerka sebulir air mata yang membasahi kedua pipi.
“Maaf Bu.” ia berucap pada Ibu Newwiee.
Wanita cantik berumur itu mengangguk, lalu mempersilahkan Tay untuk duduk, “Tay mau minum apa?”
“Gak usah Bu, aku gak lama kok, Ibu gak usah repot-repot.”
“Enggak repot sama sekali, Ibu buatkan coklat panas sebentar ya.”
Tanpa menunggu persetujuan Tay, yang tua sudah berjalan kedapur meninggalkannya sendiri, kesepuluh jemarinya saling meremat tak megizinkan air matanya jatuh sembarangan, ia tak mau menangis namun rasa sesak langsung menggerayangi dirinya sejak ia memasuki rumah ini.
“Di minum Tay, maaf adanya cuma ini, Ibu jarang beli camilan sekarang gak ada yang makan, kalau dulu kan Ne-” wanita itu terdiam sesaat lalu mengalihkan pembicaraannya “Diminum Nak.”
Ia tersenyum maklum, meyesap cokelat hangat yang berada di genggamanya. Lantas setelahnya ia mulai membuka pembicaraan “Ibu apa kabar?”
“Ibu baik, kamu sendiri gimana kabarnya?”
Sebuah senyuman tipis lagi-lagi ia tampilkan “Aku sendiri sejujurnya gak tau kabar ku bagaimana.” sebuah jawaban di susul kekehan terdengar.
“Bu, Tay boleh nanya sesuatu?” lelaki itu kembali bersuara.
“Boleh, kamu mau nanya apa sama Ibu?”
“Bu, Tay cuma mau nanya Newwie kabarnya bagaimana?”
Wanita paruh baya itu mengulas senyum begitu tipis, “Kamu mau tau jawaban Newwiee ketika di tanya kabarnya?”
Tay diam sembari menatap Ibu kekasihnya yang kembali berucap “Sama seperti jawaban kamu ketika Ibu tanya Tay bagaimana kabarnya?”
Pria berkulit tan itu menghela napas panjang, “Bu, besok hari pernikahan ku dengan seseorang yang gak pernah aku mau.” ia memberi tau.
“Tay gak boleh ngomong seperti itu, semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik dari yang baik untuk anaknya.”
“Tapi gak dengan memaksa Bu, aku udah capek hidup dengan segala tuntutan yang harus di penuhi.”
Sang Ibu menyerka air matanya, perlahan tangan kanan wanita paruh baya itu terulur untuk mengelus punggung tangan kekasih anaknya, “Kamu kuat. Rasa lelah, sedih, itu sementara.”
“Kalau Tay tanya Newwiee dimana Ibu mau gak ngasih taunya?”
•••
-Joya-