[Kamu, keren]
•••
Pintu kamar Tay terbuka, menampilkan sesosok cowok manis yang mengulas senyum tipis ke arahnya.
New meletakkan tas sekolah di sofa yang berada di ujung ruangan, setelahnya barulah ia melangkah mendekati sang pujaan hati.
“Gue ke kantin yep, New mau nitip ape?” suara Off terdengar, New menggeleng sebagai jawaban.
Setelah kepergian Off, kedunya sama-sama diam untuk beberapa saat, atmosfernya tak seceria biasanya, Newwiee-nya begitu sedu.
“Bawel dong.” suara serak milik Tay terdengar begitu pelan, nyaris melirih.
“Kata Off, kamu gak makan.” ucap New.
Tay mengangguk membenarkan.
“Aku suapin, ya?”
Tay kembali menganggukkan kepalanya, yang lebih muda lantas mengambil semangkuk bubur yang tergeletak di meja samping brankar Tay.
New menyuapi mataharinya dengan telaten, sesekali melempar candaan atau sekedar bercerita tentang dirinya di sekolah tadi.
Kali ini, Tay keliatan begitu antusias mendengarnya, menatap iris kelabu itu dalam, New akan tetap bersamanya atau tidak itu urusan belakangan, namun kali ini Tay meminta, ia ingin si manis tetap berada di depan matanya.
Tay tak menghabiskan buburnya, tinggal setengah mungkin. Namun tak apa, dari pada tidak sama sekali.
New duduk di pinggir ranjang milik Tay, perlahan tangan kanan si manis terulur untuk merapikan rambut Tay yang sedikit lepek.
Tay diam, seakan menunggu respon yang New tentang rambut rontoknya.
“Rambut kakak halus banget ya ternyata” New berujar pelan.
Tangannya masih setia mengelus rambut Tay, sesak itu kembali hadir di dadanya.
“Hape kakak di umpetin Off ya?” suara itu kembali terdengar, dan yang lebih tua kembali mengangguk.
“Iseng banget dia, padahal aku hampir gila nyariin kakak kemana”
“Kak, kakak jangan pernah berpikiran kalau aku bakalan ninggalin kakak ya. Jangan pernah berpikiran kalau aku gak sayang sama kakak.”
“Karena nyatanya, mau sembuh atau tidak, sehat atau sakit, Tawan tetap Tawan.”
“Mataharinya Nyuwi”
•••
Mungkin, bila waktunya cuma sedikit, tak apa. Karena sebenarnya, Tay juga menantikan hari di mana ia pergi.
Tapi, untuk kali ini, ia tak ingin itu terjadi, ia ingin punya waktu lebih lama agar bisa terus menatap iris kelabu itu. Agar bisa mengamati wajah manis seseorang yang tengah tersenyum padanya.
Benteng yang di buat sedemikian kuat itu akhirnya hancur juga, pesona Newwiee memang tidak bisa di tolak. Mau segimana pun ia mengatakan tidak, New tetap jadi orang yang paling ingin ia lihat ketika matanya terbuka.
Iris hitam milik Tay masih setia mengamati New yang tengah membersihkan cairan berwarna merah yang keluar dari hidungnya, New tak jijik kah?
“Ganteng banget sih kamu.” ucap New sembari meletakkan tisu di keranjang sampah berukuran mini – tepat di bawah ranjang Tay.
“Kamu, gak pulang?”
“Nanti aja, aku juga udah izin sama Ibu.” New menjawab begitu santai.
“Terimakasih ya, New.”
“Sama-sama, Kakak mau tiduran? Tadi kan abis jalan-jalan ke taman rumah sakit pasti capek kan.”
“New”
“Iya Kak Tay?”
“Besok, tolong bawakan cukuran rambut. Ya.”
•••
-Joya-