[Kamu lebih percaya siapa?]
•••
Mobil putih milik New terparkir rapi di parkiran luas Sma Garuda. Tepat ketika ia keluar dari mobilnya bersama Gun, bel bertanda di mulainya acara belajar mengajar berbunyi.
Gun langsung mengajak Nes untuk berjalan menuju kelas, cowok pendek itu bergelayut manja di lengan New.
“Kalo capek, pindah tempat duduk aja. Biar Tay sama Off, lo sama gue” Gun berucap.
“Gue gak papa elah”
“Lo ngomong gak papa lagi gue tendang ya!”
New terkekeh pelan, keduanya masuk kedalam kelas, duduk di bangku masing-masing menunggu guru datang.
Tay belum berada di sana, New juga gak tau cowok itu kemana.
Ia membuka buku paket kimia, hanya sekedar untuk membaca saja, New terlampau malas untuk berbincang.
“Pelan-pelan”
New mendongkakan kepalanya, seluruh pasang mata murid dua belas ipa satu itu tertuju pada dua orang yang berada di ambang pintu.
Tay dan Namtan, serasi sekali bukan.
•••
New itu tepi manusia yang kalau ada masalah gak bisa di tanya-tanya, nanti dia nangis.
Dan teman-temannya paham itu, jadi kalau dia udah diam, ya mereka juga akan tutup mulut rapat-rapat.
Jika ia tau sakit hati begini rasanya, dari awal mungkin New tak akan main hati pada sahabatnya ini.
“Newwiee”
Sang empunya nama lantas tersadar dari lamunan, menoleh ke arah Gun smile dengan alis terangkat satu.
“Ke uks aja sana, lo pucet banget”
“Kulit gue emang gini”
“Beda, abang tau ya model kulit lo”
“Aku anter aja ya, New”
New diam, lalu menggeleng pelan “Sama Gun aja”
•••
Gun tak benar-benar mengantar New sampai ruangan Uks, hanya di depan saja karena New memaksa jika ia bisa sendiri.
Ruang uks itu sepi, ia langsung berbaring di brankar kosong. New tak sakit, sejujurnya New tak bisa tidur semalam.
“Newwiee”
New diam, ia tahu itu suara siapa. Tetap pada posisinya yang memunggungi orang tersebut. New memejamkan matanya.
“Lo tau gak. Lo itu perebut. Lo ngerebut Tay dari gue”
New tetap diam.
“Putusin Tay, dan biarin dia sama gue”
Cowok manis itu tersenyum sumbang, beranjak dari posisinya, berjalan mendekati Namtan yang berada tak jauh dari brankarnya.
“Suruh aja Tay putusin gue kalo gitu”
Gadis cantik itu tampak berdecih “Lo tau gak, lo itu pembawa penyakit buat Tay, hubungan lo sama Tay itu gak wajar”
“Jadi yang wajar itu, kalo lo sama Tay?” ujar New, cowok itu masih terlihat begitu tenang.
“Gue mau lo putusin Tay”
“Suruh Tay putusin gue, dan gue bakal iyain kemauan dia”
“Lo gak malu Nam? Segininya ngejar cowok yang udah gak mau di kejar sama lo”
Namtan tampak menghela napas berkali-kali, tersulut emosi dengan ucapan-ucapan New yang begitu tenang, gadis itu lantas melayangkan sebuah tamparan, namun sayang bisa di tangkis oleh New.
“Gue gak mau ada main fisik, Namtan”
Namtan langsung menghempaskan tangannya yang di cengkram oleh New, lalu gadis itu menjatuhkan dirinya kelantai, dia gila kah?
New diam saja, tak mengerti apa yang Namtan lakukan sebenarnya.
Pintu uks terbuka, Tay ada disana. Oh begitu, New tau apa yang akan terjadi setelah ini. Namun ia masih bersikap begitu tenang.
“Kamu kenapa?” Tay terlebih dahulu bertanya pada gadis berambut sebahu itu, membantu Namtan untuk berdiri.
“Aku, di tampar sama New”
New diam, sudah dapat menebak ini. Pandangannya beralih pada Tay, tersrat harapan agar tidak mempercayai ucapan gadis itu.
“Lo gila ya New”
Ternyata salah, Tay memihak pada sang mantan kekasih.
“Lo itu cemburuan tau gak? Gak habis pikir ya aku sama kamu, kenapa pake segala nampar Namtan yang gak salah apa-apa?”
“Kamu mau dengar penjelasan aku apa enggak?” New bertanya.
“Penjelasan apalagi? Aku liat Namtan di lant-”
“Dan kamu lebih percaya dia kan? Yaudah, aku gak bakal jelasin apa-apa ke kamu”
“Bantuin tuh, tadi kan katanya abis aku tampar. Aku izin ke kelas, mau belajar. Obatin aja luka tamparannya, sebelum aku tampar beneran”
•••
-Joya-