[Kita itu nyata]
•••
“Dikolam, tapi kalau masih gak mau ngomong jangan di paksa kak” ucap seorang pria bertubuh mungil dengan kacamata bulat menambah keimutan dirinya.
Tay mengangguk paham, melangkah pelan dengan jantung berdebar tak wajar, pandangannya langsung terfokus pada seorang pria manis yang di carinya selama tiga hari ini.
Newwiee.
Pria berkulit seputih susu itu tengah duduk santai dengan kaki di celupkan kedalam kolam, membiarkan kakinya basah.
Tay menghela napas panjang, dengan perlahan duduk di sebelah temannya. New belum sadar akan kehadiran orang yang berusaha ia hilangkan di hidupnya.
“Neewiee”
New terdiam, masih menunduk, mengira jika ia hanya berhalusinasi karena merindukan suara itu.
“Newwiee”
Faktanya, setiap rindu itu menginginkan titik temu, setiap tanya sebenarnya membutuhkan jawaban, dan setiap luka seharusnya punya obat penyembuh.
New terdiam, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat tak kala ia memutar kepala ke kiri, Tay tawan disana. Duduk di sampingnya dengan tatapan hangat.
“Kenapa menghilang?”
New masih diam, belum benar-benar sadar akan kehadiran Tay, masih mengira ia hanya halusinasi semata.
“Newwiee” ucap Tay begitu lembut.
“Tay pergi dari pikiran Newwiee” ucap New menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tay terkekeh di buatnya, tanpa sadar tangan kirinya terulur untuk mengelus rambut lembut nan halus milik temannya.
New terdiam, menatap Tay dengan tatapan bertanya, ini benar-benar Tay tawan, ia nyata, di sampingnya.
“Newwiee kenapa hilang?”
“Gak tau”
“Kenapa ninggalin aku?”
“Gak tau”
“Karena kita teman?”
“Menurut Tay ada gak sih teman yang pernah ciuman? Teman yang selalu bilang sayang? Kamu tau gak kalau pertemanan kita gak wajar” ucap New.
“Tau”
“Kenapa di terusin?”
“Karena orangnya itu kamu” jawab Tay begitu santai, senyumnya terukir indah disana.
“Kamu bosan gak temenan sama aku?”
New diam, tak tau harus menjawab apa, ia bingung tentu saja.
“Kalau bosan, aku naikin level, jadi teman hidup”
•••
-Joya-