[Masih sayang]
•••
Tepat di menit ketiga puluh pria berkulit tan itu pun muncul di hadapannya, dengan senyuman manis yang menghangatkan hati.
“Hai, maaf ya lama” sapa Tay.
“Gak apa-apa, udah terbiasa” jawab New menyunggingkan senyum.
New sangat paham dengan seorang bernama Tay tawan, orang paling tidak tepat waktu yang pernah ia kenal, dan pernah ia sayang? Apa masih?
Tay terkekeh pelan, tanpa sadar tangannya terulur untuk mengacak pelan rambut halus Newwiee.
Keduanya terdiam ketika Tay sadar akan perlakuannya pada New, seharusnya tak begini, seharusnya tak ada adegan elus-elusan yang membuat deg-deg an.
“Sorry” ucap Tay.
“Duduk sini” ucap New menepuk bagian kursi besi bercat putih tulang itu.
Tay menurut, duduk di sebelah Newwiee, keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat, memikirkan apa yang harus di katakan terlebih dahulu.
“Tay”
“Newwiee”
Baik Tay dan New terkekeh tak kala suara mereka beradu.
“Kamu aja deluan”
“Manis first” balas Tay.
New menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan tingkah laku absurd Tay tawan.
“Kamu kenapa ngajak ketemuan?” tanya Newwiee.
“Karena apa ya, kangen?”
New diam, matanya menatap iris coklat itu dalam, ada perasaan aneh ketika keduanya saling manik itu saling bersinggungan.
“Newwiee, kalau aku bilang aku masih sayang. Kamu percaya gak?”
“Kita udah selesai setahun yang lalu Tay”
“Tapi gak menutup kemungkinan kamu juga masih sayang sama aku”
“Newwiee”
New yang sedari tadi diam dan menunduk pun mulai menatap Tay, lagi.
“Aku kecepetan ya ngasih tau nya? Gimana kita cari makan dulu? Aku kalo laper suka ngelindur”
•••
-Joya-