[Nangis]

•••

Tawan yang tengah asik menjadikan Newwiee bantal empuk kesayangannya pun mengerutkan keningnya tak kala tubuh pria manisnya bergetar.

Pria berkulit tan itu melepaskan pelukannya, menelisik wajah Newwiee yang bersembunyi di dada bidangnya.

“Newwiee”

Tak ada sahutan, Newwiee-nya masih diam, tangan kanan Tawan terulur untuk menyentuh pipi Newwiee, pria manis itu menangis.

“Kenapa?” bisik Tawan namun Newwiee masih tak mau membuka suara, iris coklat itu menatap Tawan dengan sendu.

“Beneran mau main hujan?” tanya Tawan membuat Newwiee mengangguk sebagai jawaban.

Yang lebih tua menghela napas panjang, mengecup kedua pipi, mata, hidung, dahi, dan terakhir mendarat di bibir ranum sang kekasih, hanya kecupan singkat.

“Ayo” ajak Tawan menarik Newwiee agar beranjak dari tempat tidur.

“Tay gak marah?” cicit Newwiee yang masih dapat di dengar sang kekasih.

“Enggak”

“Beneran? Nuwi takut banget kalo kamu marah, serem”

Tay tawan tersenyum simpul, menarik Newwiee-nya kedalam sebuah pelukan, berkali-kali menciumi pipi gembul milik sang kekasih.

“Wangi bayi”

“Tay”

“Saya”

“Mau main hujan, sama kamu”

“Iya, tapi kalau sakit urus sendiri”

“Kan, itu marah namanya”

Tay kembali terkekeh “Bercanda, boleh main tapi jangan lama-lama, tubuh kamu tuh gak kuat lho”

“Iya, gak lama-lama”

“Oke, lets go!”

•••

-Joya-