[Pagi]
•••
Perlahan, sang surya mulai menampakkan dirinya, bersinar di balik gorden yang masih tertutup rapat-rapat, kedaan kamar dengan lampu tidur sebagai penerang, di balik selimut tebal ada dua manusia yang tengah bergelung dengan mimpinya masing-masing.
Bunyi dari jam yang berada di nakas sontak membuat pemilik kamar menggeliat, mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga iris kelabu itu mulai menangkap seseorang yang hanya berjarak beberapa senti saja dari dirinya.
New diam, mengamati pria berkulit tan yang masih tertidur pulas, hingga tatapannya terhenti di bagian bibir tipis sang kekasih? Ia tersenyum geli saat mengingat jika mereka bukan lagi hanya sekedar teman, sudah naik level. Sepasang kekasih.
Bibir tipis itu yang tadi malam ia rasa, ia sesap, dan pipinya langsung memanas ketika kejadian tadi malam kembali hadir bak kaset rusak di kepala, bagaimana cara Tay berkerja di atasnya, bertanya apakah ia nyaman atau tidak, lanjut atau berhenti, semuanya. Perlakuan manis yang memang baru New sadari.
“Belum siap ngeliatin aku? Kalau belum aku pura-pura tidur lagi aja.”
Si manis tersentak, lantas membalikkan tubuhnya agar tak lagi menatap pria berkulit tan itu, namun rasa perih di bagian bawahnya langsung menghampiri, ringisan pelan yang lebih muda dapat di dengar Tay.
Pria berumur dua puluh enam tahun itu perlahan memegang lengan yang terasa begitu halus milik New dengah perlahan, “Sakit banget, ya?”
Gelengan dari yang lebih muda terlihat, ia kembali pada posisi semula, berhadap-hadapan bersama Tay tawan.
“Gak apa-apa, jangan minta maaf lagi. Kan kita ngelakuin ini karena berdua sama-sama mau, bukan kemauan kamu aja.”
“Tapi tetap aja, aku bi-”
“Tawan, udah ya. Udah kejadian, mau bilang apalagi coba?” New menggantungkan kalimatnya, lalu menunduk-menyembunyikan rona pipinya, “Yang tadi malam juga enak kok.”
Bisakah Tay tawan pingsan sekarang?
•••
-Joya-