[Peluk]
•••
Senyum manis khas pemuda berumur dua puluh enam tahun itu terukir tak kala ia keluar dari mini cooper miliknya, kedua tangan sengaja ia rentangkan tepat di depan si manis yang hanya berjarak beberapa meter saja dari dirinya.
Kerutan di bagian dahi yang lebih muda terlihat, menatap lawannya dengan gelengan kepala, menolak untuk di peluk teman sejawatnya.
“Ih Newwiee kamu tuh harus bayar hutang sama aku.” pria berkulit tan itu berucap, melangkah mendekati si manis, dan langsung memeluk tubuh temannya dengan begitu erat, mengecup beberapa kali pucuk kepala New.
Rengekan dari pemuda berkulit seputih susu itu tak lama terdengar bersamaan dengan bibir Tay yang sudah habis menjajah kedua pipi gembulnya, teman kok begini?
“Tawan ih.”
Tay tersenyum manis, menatap wajah lucu temannya sambil terkekeh pelan, dengan kedua tangan yang masih setia melingkar di tubuh New, keduanya berada di depan rumah pula. Haduh.
“Hutangnya sudah lunas, tapi aku masih mau peluk kamu, wangi bayi.”
“Lepasin gak?”
Tay menggeleng, semakin mengeratkan pelukannya.
“Lepasin Tawan.”
“Enggak mau Newwiee.”
“Aku hitung sampe tiga kalau gak di lepasin juga, aku gak mau ikut kamu jalan-jalan hari in-”
“Udah, udah aku renggangin ini.”
New menghela napas panjang, iris kelabunya menata netra hitam pekat yang berada di depan mata “Ini kita tetap aja namanya masih pelukan.”
“Ya salah kamu kenapa enak di peluk.”
“Kok jadi salah aku? Sadar hey kita itu cuma teman.” ucap yang lebih muda.
“Yaudah, kamu jadi pacar ku aja. Gimana?”
•••
-Joya-