[Persetujuan]
•••
Dua anak manusia itu duduk berhadapan lengkap dengan berbagai macam makanan yang sudah berada di depan mata, suasana diantara mereka benar-benar senyap. Pria berkulit tan itu hanya diam, menatap gadis cantik yang berada di depannya dengan tatapan datar. Pemilik wajah imut itu mengulas senyum tipis, lalu mulai menyuapkan spaghetti kedalam mulutnya.
“Kamu, gak makan?” Olphie bertanya dan sebuah gelengan langsung pria itu berikan sebagai jawaban atas pertanyaan gadis itu.
“Oh iya Tay, tadi bekalnya gimana? Enak kah?” gadis itu tak menyerah, kembali mencari topik obrolan.
“Enak.” Tay menjawab sekenanya.
Dan kesepian kembali hadir setelahnya.
•••
Tepat di jam menunjukkan angka delapan malam, Tay dan Olphie sampai di kediaman milik keluarga Vihokratana, pria berkulit tan itu langsung duduk di sofa kosong, di susul gadis itu setelahnya, Duduk di sampingnya.
Tay mengulas senyum tipis pada kedua orang tua Olphie. Ia hanya diam, menutup mulutnya rapat-rapat mendengar obrolan tentang acara yang akan di laksanakan, ia tak lagi punya niat untuk berdebat, yang di lakukannya setelah sang kekasih pergi hanyalah menganguk setuju. Meng-iyakan apapun yang orang tuanya minta.
“Tay,” usapan di punggung tangan sebelah kanan dari Olphie membuat dirinya tersentak, lantas menoleh kearah gadis itu dengan alis terangkat satu.
“Kamu maunya dimana?” Olphie bertanya.
“Terserah.”
“Tay tawan.” suara pria paruh baya di balut dengan pakaian formal itu naik satu oktaf setelah mendengar jawaban anaknya.
Kedua netra Ayah dan anak itu bertemu, saling menatap untuk beberapa saat, “Perbaiki ucapanmu.”
“Semuanya terserah, karena mau bantah juga percuma. Papa atur aja bagaimana baiknya.”
•••
-Joya-