[Pulang]

Hyde park winter wonderland

•••

Senyum manis masih terukir dengan indah menghiasi wajahnya, sebuah pena yang berada di genggaman menari-nari diatas sebuah buku harian yang selalu ia bawa kemana-mana.

Kata demi kata terulis menjadi sebuah kalimat, sembari menyesap cokelat hangat yang Tay belikan untuknya tadi, lelaki itu melarang New ketika ia akan membeli kopi.

Tay tawan benar, dari awal pria itu tak pernah salah tentang rumahnya. Dia tak keliru tentang siapa tempatnya untuk mengadu. Dan dia tak pernah ragu berjuang untuk orang yang dia sayang.

Cerita indah yang dulu hanya ada di kepala kini benar-benar bisa saya rasakan. Ternyata punya hubungan bukan sebuah hal yang mengerikan, bukan sebuah hal yang harus saya takutkan. Dan lagi-lagi saya dibuat tersadar jika semesta memang punya caranya sendiri dalam bekerja.

Teman-teman yang dulunya meremehkan saya ternyata salah, mereka salah tentang saya yang gak akan pernah bisa bahagia. Bahkan kalau dikaji sekarang, hidup saya satu langkah lebih maju dari mereka. Tapi terlepas dari itu semua, kini sedikit demi sedikit ucapan-ucapan buruk mereka mulai hilang dari ingatan saya.

Kalau ditanya gimana dengan Olphie, saya sendiri juga tidak tau pasti. Karena tampaknya Tay memang tak ingin membicarakan wanita cantik itu. Dan saya juga gak punya hak untuk memaksa agar dia mau membagi ceritanya yang tak ingin ia bagi.

Pada akhirnya semua cerita akan menemukan penikmatnya. Semua kisah pasti punya-

“Sayang, sini.” kepalanya terangkat, iris kelabu berkilau itu menemukan pasangannya, Tay dan New langsung melempar senyum manis satu sama lain.

Tangan lelaki itu menutup bukunya, padahal ia tau jika kalimatnya belum tersusun semua, tapi siapa yang peduli. Setelah memasukkan buku beserta penanya kedalam ransel si manis langsung bangkit dari duduknya, berjalan mendekati kekasih hatinya.

“Topinya dibenerin dong Cantik.” Tay berucap sembari membenarkan topi yang New kenakan.

“Masih mau main? Atau mau nyari tempat makan?” Tay kembali bertanya.

“Nyari makan aja yuk, aku juga udah capek mainin semua wahananya.”

Sebuah anggukan langsung terlihat, senyum keduanya masih ada, masih menghiasi wajah mereka, Tay maju selangkah mendaratkan sebuah ciuman begitu lama di dahi kekasihnya, “Aku sayang sekali sama kamu Newwiee.”

“Aku sayang banget, banget, banget, sama Tawan.” balas lelaki manis itu masuk kedalam pelukan yang lebih tua.

“Gue gak kuat, gue mau pulang, gue capek banget ngadepin kebucinan lo berdua.” omelan Off jumpol terdengar, sontak sebuah tawa bahagia langsung tercipta.

“Jum masih mau main ice skating gak?”

“MALES GUE MAU PULANG.”

•••

-Joya-