[Ruangan putih]
•••
Langkah pria berkulit putih itu terlalu tergesa-gesa, air matanya sedari tadi terus jatuh membasahi pipi, rambutnya sedikit basah karena menerobos hujan deras.
Pandangannya menyapu ke keselilingnya, mencari hal yang dituju, ruangan bertulis ICU berada di depan, jantungnya semakin menggila tak kala seorang wanita paruh baya menatapnya dengan sendu.
“Newwiee” panggilan itu terdengar begitu lirih, keduanya berpelukan, bertujuan saling menguatkan.
Tay tawan, kekasihnya, pemilik hatinya sedang mempertaruhkan nyawa di dalam. Sekelebat pikiran buruk terus menerus menghantuinya, bagaimana jika mataharinya tak selamat?
Bagaimana jika Tawan-nya pergi membawa sejuta kenangan yang begitu menyesakkan di hati?
“Tay itu anak yang kuat, kamu harus kuat juga” suara Ibu Tay terdengar, kedua ibu jari wanita paruh baya itu menyerka air mata Newwiee.
“Gimana kalau Tay p-”
Pintu bercat putih itu terbuka, menghentikan ucapan Newwiee, menampilkan pria berumur dengan jas putihnya, baik Newwiee ataupun Ibu Tay sama-sama mengalihkan fokus pada sang dokter.
“Benturan di kepalanya cukup serius-”
•••
-Joya-