[Sayang]

••• Bunyi elektrokardiogram terdengar tak kala langkahnya memasuki ruang yang sudah di tempati Tay tawan seminggu belakangan.

Seulas senyum tipis terukir di bibirnya, menahan mati-matian air mata yang akan jatuh membasahi pipi. Mataharinya belum sadarkan diri.

Melihat Tay berbaring tak berdaya merupakan hal yang paling tak pernah Newwiee bayangkan. Seharusnya hari ini ia bisa bersantai menghabiskan waktu bersama Tawan-nya dirumah seharian. Berbincang tak jelas yang sesekali menimbulkan gelak tawa atau kadang juga bertengkar kecil meributkan hal yang sebenarnya tak perlu di ributkan sama sekali.

Tangan kanannya terulur untuk mengelus surai milik kekasihnya, sangat pelan. Takut Matahari-nya terluka.

“Kamu kapan bangun?”

“Kamu tau gak, temen-temen kita selalu giliran dateng jengukin kamu. Tadi Bright ngajakin aku makan bareng, kalau kamu tau kamu bakalan marahin dia kan”

“Marahin Bright Tawan”

Bulir yang sedaritadi di tahan jatuh, Newwiee duduk di kursi besi yang terletak di sebelah ranjang milik Tay. Menundukkan kepalanya, menangis dalam diam. Tubuhnya bergetar hebat.

“Tay, aku kangen suara kamu. Kangen pelukan kamu. Kangen semua tentang kamu. Aku kangen kamu Tay Tawan”

“Bangun ya sayang”

•••

-Joya-