[Sepuluh hari tanpa kita]

•••

Sepuluh hari berlalu dengan sedu. Thitipoom memang masih bisa terlihat biasa di depan para teman-temannya, kadang kala juga mengamati Tawan yang makin hari semakin dekat saja pada Mild.

Aneh ya, Ia yang melepaskan, lalu ia pula yang merasa kehilangan. Sepuluh hari tanpa kehadiran Tawan sama sekali, harinya berubah total, tak ada notifikasi yang di nanti dari sang pujaan hati, tak ada bawelan seorang Tawan yang membuat ia senyum-senyum sendiri. Semuanya berubah setelah terucap kata pisah.

Thitipoom dan ketiga temannya berjalan beriringan ke kantin, bel bertanda istirahat telah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, ke empatnya langsung menjatuhkan bokong mereka di kursi pojok tempat biasa.

Iris kelabunya sesekali melirik Tawan yang tengah berbincang dengan temannya, semua tampak biasa saja sampai ketika matanya menangkap gadis yang berada di samping Tawan, menyenderkan kepalanya di bahu pemuda itu dengan begitu nyaman.

Sesak di dada tentu saja hadir tanpa di undang, kedua netra anak adam itu bertubrukan untuk beberapa saat, hingga akhirnya yang lebih tua memutuskannya terlebih dahulu dan kembali melanjutkan obrolan pada teman sebayanya.

•••

-Joya-