[Terulang]

•••

“Tay sini”

Senyum manisnya terukir begitu pandangannya berhenti pada Newwiee yang tengah melambaikan tangannya.

Tay melangkah mendekati cowok manis itu. Lalu duduk di depannya, sudah ada dua porsi nasi + ayam penyet dan tak lupa jus jeruk andalan. New suka sekali makan disini.

“Kok lama? ini cuma di depan komplek”

“Gimana gak lama, aku jalan”

“Tay tawan?!”

“Nyu pelanin suaranya” peringat Tay karena begitu banyak pasang mata mulai mengalihkan pandangan kemereka berdua.

New tersenyum kikuk, meminta maaf pada pengunjung lain. Lalu tatapan terkejut ia layangkan pada sang kekasihnya yang tengah menggaruk kepala belakangnya.

“Kenapa jalan?”

“Ya abisnya kamu bawa mobil, jadi aku tinggal aja motornya di depan rumah kamu, aku gak mau kita pulang masing-masing”

“Astaga Tay tawan, pantes sampe keringetan” ucap New sembari mengambil tisu dan mengelap dahi yang lebih tua dengan sabar, ingat Tay tawan itu ajaib kelakuannya.

“Iya padahal aku baru selesai mandi tadi”

“Lagian sih ada aja”

“Dari pada kamu ngomel, mending kita makan dulu. Nanti boleh kok lanjut lagi”

•••

“Nanti temenin aku beli cokelat ya”

Tay mengangguk setuju, keduanya berjalan keluar dari warung, Tay tersenyum ramah pada pria paruh baya yang menjadi tukang parkir disini.

“Pak Muh apa kabar? Keliatan makin ganteng aja” sapa Tay basa-basi.

“Alhamdulillah bapak mah baik, ini berdua lengket banget kaya lem tembak” balas pak Muh membuat TayNew terkekeh pelan.

Keduanya masuk kedalam mobil putih milik New, Tay tawan mengambil alih menjadi supir.

“Pamit ya Pak, sehat selalu”

•••

Lagu milik Pamungkas berjudul One only mengalun di dalam mobil milik New. Yang lebih muda sesekali bernandung kecil, keduanya diam menikmati lagu itu.

Perlahan, rintik hujan mulai turun membasahi bumi tanpa permisi sama sekali, tanpa aba-aba terlebih dahulu. Padahal tadi bintang bertabur indah di hamparan langit.

Perlahan yang lebih muda menoleh ke kanan, menatap Tay yang masih asik bersenandung mengikuti lirik demi lirik lagu yang terputar, namun beda dengan New, ingatannya tentang hujan dan ciuman kembali berputar bak kaset rusak yang terus memenuhi pikiran. Jantungnya kembali berdetak tak karuan.

Perlu di ingat, Tay tawan lah yang mencuri ciuman pertamanya.

New menghembuskan napas panjang, menetralisir detakan jantung yang menggila, rasanya mau pingsan padahal itu cuma kenangan.

“Kamu kenapa?” suara Tay terdengar, nadanya begitu halus.

New menggeleng pelan, membuat yang lebih tua perlahan mengulurkan tangan kirinya untuk mengelus rambut yang lebih muda dengan pelan, ada rasa sayang di setiap elusannya. Sangat nyaman.

“Tay jantung aku mau keluar dari tempatnya”

New tak tahan, ia benar-benar deg-degan. Tay tawan sontak menepikan mobil yang ia kendarai kepinggir jalan, lalu menatap New dengan tatapan khawatir.

Cowok berkulit tan itu mengelus permukaan wajah New “Kamu kenapa? Apanya yang sakit sayang?”

Bisakah New berubah menjadi jelly sekarang? Perlakuan Tay teramat manis untuk di maklumi.

“Aku, aku cuma, gak jadi” New berucap tak jelas.

Tay masih menampilkan raur cemasnya “Kamu mau aku bawa ke dokter?”

New menggeleng.

“Terus?”

New kembali menggeleng “Aku cuma deg-deg an hehehe” si manis menjawab dengan tawa kecil, menampilkan dua gigi kelincinya.

Ya Tuhan tolong kuatkan iman Tay tawan, begitu do'a yang Tay rapalkan dalam hati.

Jarak keduanya semakin mendekat, yang lebih tua semakin mengikis jarak di antara mereka, debarannya semakin nyata, New hampir pingsan tak kala bibir basah milik Tay mulai memangut bibirnya. Keduanya kembali mengulang kejadian manis dulu.

•••

-Joya-