Joya.

Ibunya Newwiee.

[Aneh]

•••

Mobil yang di kendarai Tay melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan, New merasa perutnya mau meledak karena kekenyangan.

Lagu milik Kunto aji yang berjudul ekspektasi mengalun indah, tangan kiri Tay ingin menukarnya namun New dengan cepat melarang.

“Jangan di tuker, gue suka lagunya”

“Kak, Makasih ya udah ngajakin gue” ujar New lagi.

Tay mengangguk sebagai jawaban, namun pandangannya tetap lurus kedepan.

“Kak kalau lo gak mau gue petrusin lagi bilang ya”

“Sejujurnya, kalau ada yang suka gue. Bakal gue jauhin” ucap Tay.

New terdiam sebentar “Kenapa lo gak jauhin gue? Lo tau gue terang-terangan naksir sama lo”

Tay mengangkat kedua bahunya “Lo pengecualian”

Senyum manis itu terukir dengan sendirinya di wajah New, ia menutup wajahnya yang memanas dengan kedua telapak tangan.

“Jimayu” ucap New membuat Tay terkekeh pelan.

Cowok manis itu menurunkan kedua tangannya secara perlahan “Kak gue ba” New menggantungkan ucapannya tak kala ia melihat sesuatu yang keluar dari hidung Tay “Kak lo mimisan”

•••

-Joya-

[Ikut, dong.]

•••

Bunyi bel bertanda berakhirnya acara belajar mengajar sudah terdengar sejak sepuluh menit yang lalu. Sma Petra juga sudah mulai sepi.

New melangkahkan kakinya seorang diri karena dia memang sering pulang paling akhir. Terkadang bersama Gun, namun cowok pendek itu katanya mau pergi bareng Off.

Cowok berkulit putih itu berdiri tepat di depan pos satpam, menunggu kehadiran orang tuanya. Iya New di jemput Ayah atau Ibunya.

Bunyi klakson mobil terdengar bersamaan dengan kaca mobil berwarna hitam itu menurun, menampilkan sesosok manusia berwajah datar yang tengah menatapnya.

New lantas tersenyum manis dan berjalan mengelilingi mobil itu, lalu dengan santainya duduk di kursi penumpang.

“Aduh kak Tay, tau aja deh gue gak ada yang jemput” New berucap.

Tay menaikkan sebelah alisnya “Gue gak mau ngantar lo pulang”

New menghela napas, lalu cemberut “Yaudah gue ikut aja lo kemana, nanti gue telpon Ibu buat tolong jemput”

“Enggak, keluar”

“Gak mau” balas New, cowok manis itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu menatap lurus kedepan, tak lagi memperdulikan Tay yang menyuruhnya untuk keluar dari mobil.

“Udah sih gue ikut kemana lo pergi”

•••

Dua puluh menit menempuh perjalanan, akhirnya mobil yang di kendarai Tay berhenti di tempat yang belum pernah New kunjungi.

Keduanya lantas berjalan beriringan. Senyum Tay mengembang sempurna tak kala sekitaran lima belas anak kecil berlari mendekatinya.

“Kakak bawa banyak mainan!” seru Tay.

Sumpah, New belum pernah melihat Tay tersenyum bahagia seperti itu.

New tersadar dari lamunannya tak kala seorang gadis kecil menarik-narik jari manisnya, meminta perhatian pada New.

New berjongkok, mensejajarkan tingginya pada gadis kecil itu “Hai, nama aku New, nama kamu siapa?” New berucap.

“Abbynara”

•••

Mungkin, terhitung sudah tiga puluh menit berada di rumah singgah ini, namun Tay tampak belum ada tanda-tanda ingin beranjak dari sini.

Iris kelabu itu masih terus memperhatikan pujaan hatinya yang tengah mengajarkan anak-anak panti untuk berhitung.

Tay banyak tersenyum hari ini, Tay ternyata bisa semenyenangkan itu, bisa tertawa lepas, berkata dengan nada begitu lembut. Namun kenapa tidak pernah New dapatkan Tay tawan versi yang itu?

“New, kenapa melamun?”

•••

-Joya-

[Datang]

•••

New yang tengah memilih pakaian yang akan di kenakannya pun tersentak tak kala suara mobil milik Tay tawan terdengar.

“Mampus gue pake yang mana, ini aja kali ya.”

Pilihan cowok manis itu jatuh pada kaos yang berada di tumpukan paling atas ranjangnya.

“Ini bertakan banget anjir, kalo Ibu masuk habis gue, ah bodoh lah Edward udah dateng.”

Dengan buru-buru ia berjalan keluar dari kamar, menuruni anak tangga rumahnya. Ternyata si pujaan hati sudah duduk manis di sofa ruang tamu bersama Ibunya.

“New, temenin dulu temennya. Ibu mau buatkan min-”

“Gausah Bu, New aja. Ibu istirahat aja gak apa-apa.”

Wanita paruh baya berparas ayu itu pun mengulas senyum tipis pada Tay, lalu beranjak dari tempatnya meninggalkan New dan Tay berdua.

“Kak, kedapur aja yuk.” ajakan New di setujui oleh Tay.

•••

“Kak, lo makannya emang dikit gitu ya? Atau malu karena ada gue?”

Tay yang tengah meneguk segelas air itu pun mempercepat tegukannya, lalu beralih menatap adik kelasnya yang banyak tanya ini.

“Lo siapa bikin gue malu?”

“Duh, kalo ngomong jangan sarkas gitu, kitati gue” balas New.

“Temen lo yang lain, mana?” Tay bertanya setelahnya.

New tersenyum kikuk “Udah dateng tadi sore”

“Lo sore sama gue kalau lupa”

New terkekeh pelan memdengar ucapan Tay, sialan malunya bukan main.

“Kak jangan pulag dulu ya”

“Mau ngapain?”

“Temenin gue ke gramedia bentaran aja, ya ya ya”

“Pergi aja send-”

“Dih gak boleh gitu sama gue, temenin ya???”

Tay menghela napas panjang, iris hitamnya menelisik wajah manis sang adik kelas.

“Oke”

Tay tawan kalah.

•••

-Joya-

[Ngintilin, ya?]

•••

“OKE BU” teriakan New terdengar, cowok lucu dengan kaos biru muda itu berlari kecil membuka pagar rumahnya.

Ia memang berniat untuk jalan-jalan sore di sekitaran komplek, mau ketaman.

New berjalan dengan begitu santai, semilir angin menerpa wajah dan membuat poninya sedikit berantakan namun tak ia pedulikan, cowok itu sesekali bernandung pelan, menyanyikan lagu Pamungkas berjudul Monolog.

Namun, di tengah perjalanan singkatnya, ia memelankan langkahnya, menoleh ke belakang dengan perlahan. Tampak seseorang yang tengah mengayuh sepedanya.

“Gue di ikutin nih kayaknya” New bergumam.

Ia berjalan dengan tergesa-gesa, sampai napasnya terengah. Tak tahan lagi, ia pun menghentikan langkah dan membalikkan tubuhnya.

New berdiri tepat di depan seseorang yang lantas mengehentikan kayuhan sepedanya.

New sontak membelalakkan matanya tak kala matanya menangkap siapa yang mengikutinya dari tadi.

“Kak Tay” ucap New dengan heran, lalu dengan cepat ekspresinya berubah menjadi tersenyum manis.

“Kak Tay ngikutin gue ya!” tandas New.

Tay masih diam, turun dari sepedanya lalu menatap adik kelasnya ini dengan malas.

“Minggir”

“Dih, ketauan banget lo grogi, ngaku aja kali. Ngintilin gue kan?”

“Kak Tay suka ya sama Nyuwi?” pertanyaan New terdengar begitu polos, sedangkan sang lawan memutar bola matanya.

“Mimpi”

•••

-Joya-

[Senja dan danau]

•••

Langkah kaki itu terasa begitu ringan, sesekali ia bersenandung pelan, cowok manis itu tersenyum tipis tak kala pandangannya tertuju pada matahari yang sebentar lagi meninggalkan langit sendiri.

New mendudukkan bokongnya di kursi besi bercat putih, duduk sendiri di taman komplek dengan danau buatan yang berada di depannya.

Ia sangat sering mengunjungi tempat ini, karena New memang salah satu manusia suka sendiri. Yang dilakukannya hanya diam, tak ada hal lain, namun itu menjadi hal yang selalu ia minati.

Kadang untuk menyukai sesuatu hal, tak butuh alasan yang jelas.

Keningnya mengerut, matanya menyipit memerhatikan seorang cowok jangkung dengan kaos hitam lengkap dengan sebuah kamera berada di genggamannya, berdiri beberapa meter dari New.

“Tay tawan?”

•••

-Joya-

[Hukuman]

•••

New berjalan dengan lesu menuju lapangan luas Sma Petra, kejadian tak menyenangkan di perpustakaan beberapa jam yang lalu membuat dirinya kembali kesal bukan main.

Pasrah adalah satu kata yang ada di benak cowok manis itu sekarang, karena nyatanya mau bagaimana ia merayu pun Tay tawan tetap pada pendiriannya.

Setelah sambungan telepon tadi terputus, New masih tetap membujuk Tay, namun kakak kelasnya itu tak lagi menggubris, bahkan menganggap New ada pun sepertinya tidak.

Ia masuk kedalam barisan murid-murid yang gagal menyeleasaikan tugas untuk mencari tanda tangan anggota Osis maupun murid misterus.

“Murid misterius apaan anjing kesel gua” gumam New masih tak terima dengan perlakuan Tay tawan.

“Pstt, kamu kenapa di hukum? Gak ketemu sama murid misteriusnya atau anggota Osis-nya?” New menoleh ke kiri, tersenyum tipis pada gadis berambut coklat yang tengah menaruh perhatian padanya.

“Udah ketemu, tapi muridnya minta gue pukul”

“Emang kam-”

“Newwiee thitipoom, yang namanya Newwiee thitipoom boleh tunjuk tangan”

Sang pemilik nama lantas mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi tak kala suara sang ketua osis menginstrupsi.

“Saya kak”

“Keluar dari barisan, silahkan temui Tay tawan di ruang multimedia”

•••

-Joya-

[Edward cullen]

•••

New menghela napas panjang, melangkah mendekati seseorang yang tengah menyerhakan seluruh perhatiannya pada buku tebal yanh berada di depannya.

New berdiri di depan cowok itu, ia tersenyum kaku tak kala cowok berkukit tan dengan tatapan tajam itu mengalihkan fokusnya dari buku.

“Selamat pagi kak” sapa New.

“Udah siang”

Jawaban itu terdengar begitu ketus, New hanya bisa terkekeh pelan, tak ada yang lucu tapi dia sedang malu.

“Apa benar ini Tay tawan?” pertanyaan dari New tak kunjung ada jawaban, cowok itu kembali mengalihkan perhatiannya pada buku, membuat New agak kesal namun ia harus menahannya.

“Kak, halo, kak”

“Lo buta, gak bisa baca name tag gue”

New tersentak, cowok itu begitu sarkas. Memang beginikah sifat Tay tawan?

“Oh iya, benar Tay tawan. Kalau begitu aku mau minta tanda tangan kakak unt-”

“Gue sibuk, cari yang lain aja”

Demi Hanjipyong New mau nangis sekarang, tak bisakah Tay tawan melembutkan nada bicaranya sedikit saja?

“Tapi kak, aku harus dapetin tanda tangan kakak, kalau enggak aku di hukum”

“Urusan sama gue apa?.”

“Ya Allah kak, tolongin aku dong sekali aja”

Tay mengubrisnya, ia tak lagi mau beradu mulut dengan cowok manis di depannya ini. Begitu menyebalkan.

“Kak, tolongin aku dong”

“Waktu ku tinggal satu jam setengah lagi”

“Kak Tay tolo-”

New menghentikan rengekannya, iris kelabu itu menatap cowok berkulit tan yang tengah meraih ponsel dari saku seragamnya, lalu menelepon seseorang.

“Singto, apapun yang lagi lo dan anggota lo lakuin, jangan pernah libatin gue” Tay bersuara, lalu beralih menatap New.

“Nama?” Tay bertanya.

“Newwiee thitipoom, kak”

“Murid bernama Newwiee thitipoom di hukum aja”

•••

-Joya-

[Hari kedua]

•••

Cowok berkulit putih lengkap dengan poni lucunya itu berjalan kesana-kemari meminta tanda tangan seluruh anggota osis, lengkap dengan satu murid yang ia dapat dari kocokan nama, New kembali membuka gulungan kertas itu, nama Tay tawan berada disana.

Jangankan mencari Tay tawan, mencari anggota osis saja New mau gila rasanya, karena ternyata anggotanya cukup banyak.

“Ini buat apaan sih anjir sebenernya” gumam cowok itu.

Total tanda tangan yang sudah New dapat itu 61 orang, batas waktunya sampai besok.

“Gun lo udah dapet berapa?”

“79”

“Anjir”

Gun tersenyum sombong, memperlihatkan buku dengan tanda tangan dan juga nama para anggota osis disana, secepat itukah cowok pendek ini berjalan hingga ia mendapatkan tanda tangan begitu banyak.

“Murid misterius yang lo dapet siapa nyet, gue dapet Kak Bright gampang banget kan, mana Kak Bright baik pula. Jadi gue amanlah dari hukuman” Gun mengoceh.

“Gue bahkan gak tau Tay tawan itu kayak apa bentukannya”

“Kayak orang” balas Gun langsung mendapat toyoran dari New.

“Ya gue juga tau anjir, tapi ya gimana”

“Kepoin aja account sosial medianya. Lo udah punya nama lengkap kan, gampanglah, nanti gue bantuin”

“Kalau gue gak ketemu dia gimana ya”

“Ya di hukum nyet, kayak peraturan yang udah di jelasin kak Singto”

New menghela napas panjang sembari mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

“Aneh banget anjir ngapa pake segala harus nyari-nyari murid misterius, ini kita di kerjain”

•••

-Joya-

[Falling for you]

•••

Ia menutup pintu bercat abu-abu itu setelah melihat tak ada satu orang pun di sana, hanya ada kotak p3k yang dibiarkan tergeletak di ranjang.

Cowok bekulit seputih susu itu berjalan menuruni anak tangga, menuju taman belakang rumah sang kekasih.

Tentu saja New ingin mengetahui keadaan Tay tawan. Semarah apapun dia, Tay tawan bakalan tetap jadi hal yang selalu di tunggu kabarnya.

New berjalan dengan santai sembari membalas pesan dari Gun. Hingga ia sampai di tempat tujuannya.

New mendongak, menatap lurus kedepan, lalu terdiam melihat apa yang ia dapatkan.

Disana, Tay tengah duduk di kursi kecil lengkap dengan piano didepannya. Cowok itu melempar senyum tipis pada New. Jemarinya dengan perlahan mulai menekan tuts-tuts piano itu hingga menghasilkan bunyi yang indah.

Wise men say Only fools rush in But I can't help falling in love with you.

Suara Tay terdengar, ia bernyanyi. Matanya fokus menatap New, tolong katakan pada New ini hanya mimpi.

Shall I stay? Would it be a sin If I can't help falling in love with you? Like a river flows Surely to the sea Darling, so it goes Some things are meant to be Take my hand Take my whole life too For I can't help falling in love with you Like a river flows Surely to the sea Darling, so it goes Some things are meant to be Take my hand Take my whole life too For I can't help falling in love with you For I can't help falling in love with you.

Air mata milik cowok berkulit putih itu jatuh dengan sendirinya, ia tersenyum manis sampai-sampai matanya menyipit bak bulan sabit.

Tay menyiapkan ini semua? Ia menyapu padangannya keseluruh taman belakang rumah sang kekasih, New terkekeh tak kala pandangannya terhenti pada jejeran makan-makan ringan disana dengan jumlah yang lumayan banyak, Tay seniat itu kah?

Tay berdiri, senyum manis miliknya masih terukir indah di wajah, ia merentangkan tangannya, dan kali ini New berlari kecil menyambut itu. Pelukannya diterima.

Tay terkekeh pelan, mengecup berkali-kali pucuk kepala sang kekasih, berbisik terus menerus jika ia begitu mencintai Newwiee-nya.

“Aku sayang kamu” Tay kembali berucap tak kala New melepas pelukan mereka.

New mengangguk, menyerka air matanya lalu terkekeh “Kamu kok baik-baik aja? Katanya kecelakaan?”

Tawa renyah milik Tay terdengar, tangan kanannya terulur untuk mengacak rambut si manis “Mau aja di boongin Tay tawan”

“Badut lu” ketus New sembari memukul lengan Tay.

“New, urusan aku sama Namtan udah selesai, aku izin pulang bareng sama dia tadi buat nyelesain semuanya, dan aku mau minta maaf sama kamu”

“New, sumpah demi apapun aku gak mau kita udahan”

“Aku harus ngelakuin apa supaya kamu gak mutusin aku?”

“Gak usah ngelakuin apa-apalagi, karena aku juga gak mau itu terjadi” New menjawab.

Tay menghela napas lega bukan main, lalu kembali membawa New kedalam pelukan. New menengadah dengan kepala masih bersender di dada bidang milik sang kekasih, New terlihat sangat menggemaskan.

Bola mata keduanya terkunci, debaran itu kembali hadir, namun kali ini lebih gila. Tay menunduk, semakin mempersempit jarak diantara ia dan New.

Mata itu tertutup tak kala kedua bibir saling menyatu, menciptakan percikan bahagia tiada tara, Tay membawa New kedalam sebuah ciuman memabukkan.

Cowok berkulit tan itu tersenyum disela-sela cumbuannya.

•••

“Pelan-pelan beb makannya”

New mengangguk dengan mulut penuh bakso bakar, ia memang sangat menginginkan makanan ini dari kemarin namun belum sempat membeli, bukan belum sempat, ia gak niat aja nyarinya.

“Kamu mau jualan apa gimana? Ini banyak banget makanan”

“Buat kamu lah, aku list malah sebelum beli. Bakso bakar, martabak, sate, cimol, telur gulung, tahu gejrot, dan lainnya. Sampe aku di maki Off karena ngeribetin dia”

New terkekeh pelan mendengarnya, mendengarkan Tay bercerita jika semua dekorasi ini juga ada campur tangan teman-temannya, bahkan Billkin dan sang Bunda juga ikut andil.

“Makasih ya Tay, makasih buat semuanya”

“Sama-sama, kamu seneng gak?”

“Lo bodoh ya? Ngapain di tanya lagi?”

“Gue basa-basi sue”

“Kita bakalan nonton film, tapi gue lupa beli protektor tadi”

“Pyorektor anjrit”

“Iya itu, kamu gausah ngomel beb, karena aku udah di omelin habis-habisan sama Billkin gara-gara itu, jadi sebagi gantinya kita nonton pake laptop aja ya?”

New mengangguk, membiarkan Tay melalukan sesukanya untuk menyenangkan New, karena bagaimana pun, asal orangnya Tay, New terima saja.

“Kamu mau nonton apa sayang? Vagabond?”

New sontak memukul lengan Tay “Dih bego lu, mau sampe kapan kita disini, cari film beb, film”

TayNew tertawa setelahnya, keduanya menghabiskan waktu bersama setelah semua hal menyakitkan diri masing-masing menghilang begitu saja.

Jika Tay oknumnya, berjuang akan selalu terasa menyenangkan.

•••

-Joya-

[Penjelasan]

•••

Kedua tangan gadis itu melingkar di perut cowok berkulit tan yang tengah mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, Tay tidak protes ia hanya diam saja. Tujuannya awalnya bukan tentang ini.

Motor milik Billkin terparkir rapi di depan garasi rumah Namtan, gadis itu turun sembari melepas helm.

Tay ikut turun, mengiyakan ajakan Namtan untuk singgah terlebih dahulu.

Keduanya berjalan ke taman belakang, duduk di atas ayunan. Tay menunggu Namtan menyiapkan minum, katanya begitu.

Sekitaran lima menit, gadis itu sudah berada beberapa meter darinya, belum sempat Namtan untuk duduk Tay terlebih dahulu berdiri, di depannya.

Tay mengambil alih nampan di tangan gadis itu, meletakkannya di meja kecil yang berada di samping ayunan.

“Aku mau ngomong serius, tapi sebelumnya aku mau kamu jelasin maksud voice note ini”

Suara Namtan dan New di uks beberapa hari yang lalu terdengar, membuat gadis itu terdiam hingga rekaman suara itu menghilang.

“Gak bisa jelasin? Kalau gak bisa aku mau nanya aja deh”

“Maksud kamu bilang New penyakit buat aku itu apa?” Tay kembali berucap, sedangkan sang lawan hanya diam dengan mulut tertutup rapat, namun ekspresinya sangat ketara jika ia terkejut.

“Nam, kamu gak bisa maksa aku buat tetap sama kamu, aku udah sama New, dan dia” cowok berkulit tan itu menggantung ucapannya.

“New bukan penyakit, hubungan aku sama New itu bukan sesuatu hal yang salah”

“Kamu tau, aku gak pernah setakut ini kehilangan orang sebelum aku ketemu sama New”

“Aku udah ingatin kamu kan sebelumnya, tapi apa?”

“Aku masih sayang sama kamu, Tawan” Namtan berucap, air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya.

“Tapi aku udah enggak, tolong terima fakta itu”

“Tolong terima fakta kalo aku udah punya orang yang lebih pantas aku perjuangkan, aku udah punya orang untuk aku berpulang”

“Dan orang itu bukan kamu”

Gadis itu menangis, bahunya bergetar hebat, mendengar ucapan ini dari orang yang masih ia sayang memang sangat menykitkan ternyata.

“Kasih aku kesempatan buat perbaiki semuanya Tay”

“Gak ada yang perlu di perbaiki tentang kita, dari awal hubungan kita berat sebelah. Aku yang terlalu sayang sama kamu, sampai kamu sepele sama aku”

“Kamu selalu berpikir aku bakal selalu milih kamu, bakal selalu di pihak kamu, segimana salahnya pun kamu”

“Kamu mikir gitu kan? Karena kamu tau aku sayang banget sama kamu, dulu”

“Ini peringatan terakhir Nam, aku mohon kamu sadar, kita udah selesai dari lama jadi jangan menganggap aku bakalan terus bisa sama kamu”

“Kayaknya, kamu salah mengartikan kebaikan aku, jadi mulai sekarang, anggap aja ya kita gak pernah kenal”

“Aku minta maaf sama kamu karena perkataan ku kasar, aku pamit pulang, salam sama Mama kamu”

•••

-Joya-