Joya.

Ibunya Newwiee.

[Pelampiasan]

•••

Cowok berkulit tan itu menghela napas beberapa kali, setelah meyakinkan dirinya barulah tangan kanannya mengetuk pintu bercat putih itu.

“Masuk aja Tay, New kalo lagi belajar kan emang gak peduli keadaan” suara Ibu New terdengar, membuat Tay mengangguk dan memutar knop pintu, syukur tidak di kunci.

Hal pertama yang menarik perhtiannya tentu saja seorang cowok manis yang tengah duduk di kursi membelakanginya, jemari kekasihnya itu menari-nari di atas kertas dengan indahnya.

New masih belum menyadari kehadiran Tay. Langkahnya untuk mendekati New terhenti tak kala si manis meletakkan penanya lalu menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan, di susul dengan tubuh bergetar. Dia menangis.

Tay masih dia memerhatikan, dadanya terasa begitu sesak, Tay tahu semuanya, sebelum kesini, sebelum berada di kamar New, cowok itu terlebih dahulu di datangi oleh Gun, Off, Bright, dan Gun smile.

“Capek” lirihan New masih dapat di dengar oleh Tay, nada itu begitu sendu.

Tay menghela napas lagi, memutuskan untuk berjalan lalu berjongkok, mengelus pipi kekasihnya yang dibasahi air mata.

New tersentak, lantas mata keduanya mengunci untuk beberapa waktu, namun akhirnya di putuskan oleh New.

Ia beranjak dari duduknya, membuat Tay ikut berdiri lalu merentangkan kedua tangannya, namun New hanya diam, hingga dengan perlahan rentangan tangan itu menurun bersamaan dengan rasa sesak yang semakin terasa saja.

“Kamu ngapain?”

“New”

“Kamu ngapain?” New mengulang pertanyaannya yang belum di jawab oleh Tay.

“Mau ngobrol”

“Buat apalagi? Aku memang cemburuan kok, kamu bener” New mengantungkan ucapannya “Hubungan kita ini sehat gak sih Tay?”

Tay diam, tak tahu harus menjawab apa, ia bingung juga sebenarnya.

“Pipi Namtan udah di obatin?”

“New”

New tersenyum tipis “Udah di obatin?” ia mengulang pertanyaannya pada Tay.

“Tay, aku pelampiasan kamu yang gak bisa lupain Namtan, ya?”

•••

-Joya-

[Kamu lebih percaya siapa?]

•••

Mobil putih milik New terparkir rapi di parkiran luas Sma Garuda. Tepat ketika ia keluar dari mobilnya bersama Gun, bel bertanda di mulainya acara belajar mengajar berbunyi.

Gun langsung mengajak Nes untuk berjalan menuju kelas, cowok pendek itu bergelayut manja di lengan New.

“Kalo capek, pindah tempat duduk aja. Biar Tay sama Off, lo sama gue” Gun berucap.

“Gue gak papa elah”

“Lo ngomong gak papa lagi gue tendang ya!”

New terkekeh pelan, keduanya masuk kedalam kelas, duduk di bangku masing-masing menunggu guru datang.

Tay belum berada di sana, New juga gak tau cowok itu kemana.

Ia membuka buku paket kimia, hanya sekedar untuk membaca saja, New terlampau malas untuk berbincang.

“Pelan-pelan”

New mendongkakan kepalanya, seluruh pasang mata murid dua belas ipa satu itu tertuju pada dua orang yang berada di ambang pintu.

Tay dan Namtan, serasi sekali bukan.

•••

New itu tepi manusia yang kalau ada masalah gak bisa di tanya-tanya, nanti dia nangis.

Dan teman-temannya paham itu, jadi kalau dia udah diam, ya mereka juga akan tutup mulut rapat-rapat.

Jika ia tau sakit hati begini rasanya, dari awal mungkin New tak akan main hati pada sahabatnya ini.

“Newwiee”

Sang empunya nama lantas tersadar dari lamunan, menoleh ke arah Gun smile dengan alis terangkat satu.

“Ke uks aja sana, lo pucet banget”

“Kulit gue emang gini”

“Beda, abang tau ya model kulit lo”

“Aku anter aja ya, New”

New diam, lalu menggeleng pelan “Sama Gun aja”

•••

Gun tak benar-benar mengantar New sampai ruangan Uks, hanya di depan saja karena New memaksa jika ia bisa sendiri.

Ruang uks itu sepi, ia langsung berbaring di brankar kosong. New tak sakit, sejujurnya New tak bisa tidur semalam.

“Newwiee”

New diam, ia tahu itu suara siapa. Tetap pada posisinya yang memunggungi orang tersebut. New memejamkan matanya.

“Lo tau gak. Lo itu perebut. Lo ngerebut Tay dari gue”

New tetap diam.

“Putusin Tay, dan biarin dia sama gue”

Cowok manis itu tersenyum sumbang, beranjak dari posisinya, berjalan mendekati Namtan yang berada tak jauh dari brankarnya.

“Suruh aja Tay putusin gue kalo gitu”

Gadis cantik itu tampak berdecih “Lo tau gak, lo itu pembawa penyakit buat Tay, hubungan lo sama Tay itu gak wajar”

“Jadi yang wajar itu, kalo lo sama Tay?” ujar New, cowok itu masih terlihat begitu tenang.

“Gue mau lo putusin Tay”

“Suruh Tay putusin gue, dan gue bakal iyain kemauan dia”

“Lo gak malu Nam? Segininya ngejar cowok yang udah gak mau di kejar sama lo”

Namtan tampak menghela napas berkali-kali, tersulut emosi dengan ucapan-ucapan New yang begitu tenang, gadis itu lantas melayangkan sebuah tamparan, namun sayang bisa di tangkis oleh New.

“Gue gak mau ada main fisik, Namtan”

Namtan langsung menghempaskan tangannya yang di cengkram oleh New, lalu gadis itu menjatuhkan dirinya kelantai, dia gila kah?

New diam saja, tak mengerti apa yang Namtan lakukan sebenarnya.

Pintu uks terbuka, Tay ada disana. Oh begitu, New tau apa yang akan terjadi setelah ini. Namun ia masih bersikap begitu tenang.

“Kamu kenapa?” Tay terlebih dahulu bertanya pada gadis berambut sebahu itu, membantu Namtan untuk berdiri.

“Aku, di tampar sama New”

New diam, sudah dapat menebak ini. Pandangannya beralih pada Tay, tersrat harapan agar tidak mempercayai ucapan gadis itu.

“Lo gila ya New”

Ternyata salah, Tay memihak pada sang mantan kekasih.

“Lo itu cemburuan tau gak? Gak habis pikir ya aku sama kamu, kenapa pake segala nampar Namtan yang gak salah apa-apa?”

“Kamu mau dengar penjelasan aku apa enggak?” New bertanya.

“Penjelasan apalagi? Aku liat Namtan di lant-”

“Dan kamu lebih percaya dia kan? Yaudah, aku gak bakal jelasin apa-apa ke kamu”

“Bantuin tuh, tadi kan katanya abis aku tampar. Aku izin ke kelas, mau belajar. Obatin aja luka tamparannya, sebelum aku tampar beneran”

•••

-Joya-

[Sebuah cerita di Kota Tua]

•••

Tay dengan segala ketidak jelasannya terkadang memang menguji kesabaran sekali.

Keduanya tengah berada di Kota Tua Jakarta, jemari itu bertaut, berjalan beriringan, sesekali diselingi dengan candaan.

Langkah keduanya berhenti di sebuah Cafe Batavia. Bangunan yang unik dan antik menarik perhatian Tay. Begitu masuk ke Cafe Batavia, rasanya seperti memasuki mesin waktu dan kembali ke masa kolonial Belanda.

Hal ini disebabkan oleh arsitektur bangunan dan design interior cafe ini yang sangat old school. Lantai pertama dikhususkan untuk para smoker, terdiri dari bar yang dilengkapi performing stage. Lantai kedua lebih terkesan cafe dan merupakan area bebas asap rokok. 

TayNew memilih duduk di lantai dua, di kursi pojok dekat dengan jendela agar bisa melihat suasana kota tua di malam hari.

“Pengen jadi temen doraemon biar bisa nyolong mesin waktunya. Mau gue berhentiin, biar sama lo terus” ucap Tay menimbulkan kekehan pelan dari New.

“Ngalus mulu, mau gue cium?”

•••

Setelah mengisi perut dan membayar Tay kembali menggenggam tangan New, menjelahi seluruh isi yang ada di kota tua jakarta pada malam hari. Tempat yang kembali menarik perhatian Tay adalah Acaraki, lokasinya ada di Gedung Kertaniaga, persis di sebelah Museum Fatahillah kawasan Kota Tua Jakarta.

“Mau nyobain jamu?”

“Iyalah, kan gue belom boleh nyobain lo”

New memutar bola mata malas, Keduanya kembali memilih duduk di kursi pojok. New menaikkan sebelah alis nya tak kala seorang pelayan datang membawakan buku menu.

Keduanya sama-sama bingung untuk memesan apa, jamu apa, tidak pernah terlintas di otak New kalau Tay akan mengajak nya ke kedai jamu. Tay juga tadi asal masuk saja hahaha.

“Mbak saya bingung mau mesen yang mana deh” ujar New yang membuat pelayan tersenyum maklum.

Dengan ramah pelayan cantik itu menjelaskan menu andalan yang ada di cafe ini, New terlihat sangat antusias mendengarnya, ia menatap ke arah Tay sebentar “Kita pesan tiga-tiganya ya” ucap cowok manis itu.

Tay mengangguk setuju, setelah memesan pelayan cantik pergi meninggalakan TayNew. Keduanya kembali saling pandang lalu tertawa, memang pasangan aneh.

“Ada-ada aja lo, Pacaran tapi minumnya jamu” ucap New.

“Gue emang se-anti mainstream itu” balas Tau dengan wajah sombongnya.

“Dih najong lu”

“Ngaku aja deh, emang lo pernah di ajak Suhi kesini? Enggak kan?”

Helaan napas panjang terdengar, Suhi lagi.

Sekitaran sepuluh menit 3 jenis jamu pesanan mereka sampai, New dengan samangat menjelaskan nama-nama jamu ini pada Tay setelah pelayan pergi. Padahal tadi sang pelayan sudah menjelaskan, namun Tay diam saja, membiarkan New kembali memberikan penjelasan.

“Yang pertama namanya saranti gue pesen yang dingin, kedua ini namanya kunyit asam tubruk, dan yang terakhir beras kencur saring”

“Gue cobain lo dulu, boleh gak?”

“Musnah kau setan”

•••

Kedua anak manusia itu akhirnya duduk di taman fatahillah, keadaan taman ini lumayan ramai. Keduanya sudah cukup lelah dan cukup kenyang, mulai dari Cafe Baravia, Museum fatahillah, stasiun kereta apa kota, toko merah, jajanan kaki lima dan terakhir duduk santai menikmati suasana kota tua di malam hari.

New menyandarkan kepala nya di bahu kanan Tay, semilir angin malam membuat nya betah berlama-lama di sini.

“Mau pulang?”

“Nanti aja deh, gue masih kekenyangan juga” jawaban New membuat Tay mengangguk mengerti.

Keduanya tak banyak bicara setelahnya, hanya diam, ibu jari Tay mengelus punggung tangan milik New dengan pelan.

“Makasih ya Tawan” ucapan terima kasih New membuat Tay mengerutkan keningnya tak paham.

“Gue seneng disini, terutama karena sama lo, makasih”

“Sama-sama”

Ponsel Tay berbunyi terus-terusan namun cowok itu begitu malas untuk menjawabnya, hingga New gemas sendiri.

“Angkat ajalah mana tau perlu”

“Itu, Namtan” cicit Tay.

“Ya gak papa, angkat aja Tay”

Tay menatap New, namun tangan kanannya mulai menggeser tombol hijau.

“Halo Namtan”

•••

-Joya-

[Langit]

•••

Keadaan keduanya baik-baik saja, New tak mengatakan apa-apa tentang kejadian tadi siang, pun Tay yang tak membuka suara.

Keduanya sudah tiba dirumah, tepatnya sekarang sedang berada di dalam kamar Tay.

New masih asik duduk di sofa yang ia geser tepat di jendela kamar sang kekasih. Sementara Tay tengah ke dapur, katanya ingin mengambil makanan ringan buat New.

Pinti bercat abu itu terbuka, menampilkan Tay tawan yang tengah tersenyum padanya. Cowok berkulit tan itu berjalan mendekati New, duduk di samping kekasihnya.

Meletakkan beberapa bungkus camilan, namun si manis tak kunjung mengambilnya, aneh biasa New dengan cepat akan memakannya.

“Tay, aku mau ngomong”

“Itu kamu udah ngomong” Tay menjawab.

“Oh iya hehehe”

“Maksud ku, aku mau ngomong serius. Bisa?”

Tay mengangguk, mempersilahkan New untuk berucap.

“Sebelumnya aku minta maaf, mungkin ini bakalan terdengar aneh? Tapi aku mau jujur”

“Aku gak suka ngeliat kedekatan kamu sama Namtan”

Tay mengangguk, masih diam, menunggu New mengeluarkan semua unek-uneknya.

“Aku cemburu, Tay”

“Sudah?” pertanyaan itu membuat New mengangguk sebagai jawaban.

Tay tampak menghela napas pelan “Aku seneng kamu cemburu sebenarnya, seneng denger pengakuan kamu yang terakhir tadi”

“Aku ceritain dari awal agar kamu gak menerka-nerka ya”

“Aku udah mikir gimana cara ngomongnya sama kamu, cuma gak nemu waktu yang pas sebelumnya”

“Namtan itu mantan aku” Tay menatap iris kelabu itu, begitu redup, lalu ia kembali berucap “aku males ceritainnya ah kalo kamu mau nangis gitu”

“Enggak, aku gak nangis kok” balas New.

“Yang kamu harus tau, aku udah gak ada perasaan apa-apa. Karena aku udah punya kamu”

“Ceritanya mainstream banget sih, di saat aku udah jatuh banget sama Namtan, dia tiba-tiba pergi, hilang, kayak di telan bumi”

“Setengah mati aku ngelupain, sampai aku sadar kalo hati aku udah jatuh ke kamu, awal dia datang kesekolah kita, aku udah biasa aja, luka lama itu sudah benar-benar sembuh dengan sendirinya”

“Aku udah gak butuh alasan dia kenapa ninggalin aku, aku udah gak butuh penjelasan tentang aku dan dia di masa lalu. Aku nganggapnya ya dia temen kecilku, kayak Off”

“New, tadi siang aku pergi sama dia. Makan bareng”

“Aku tau kok, tapi aku pulang”

Tay membelalakkan matanya “Serius tau?”

“Iya ah udah diem”

Cowok berkulit tan itu terkekeh lalu menoel-noel pipi gembul si manis.

“Cie cemburu cie, sayang banget ye lu sama gua”

“Dih pedean lo, bangke”

Keduanya terkekeh pelan setelahnya, New yang sedari tadi siang galau pun akhirnya bisa kembali tersenyum tanpa beban, memang segala sesuatu tak harus di buat ribet. Penjelasan Tay di mengerti oleh New.

Tay memberikan ponselnya pada New, membuat cowok manis itu menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.

“Alasan aku lama di dapur karena ini, kamu bisa baca sendiri. Gak ada yang aku apus”

“Gak mau ah, itu privasi kamu sama Namtan”

“Aku gak mau kita salah paham, baca ya, sayang”

•••

-Joya-

[Jalan bareng?]

•••

Ketiga anak manusia itu tengah berada di salah satu mall yang berada di Jakarta pusat. Mencari kado untuk bibi-anjing imut milik Gun.

“Lagian lo buat apasih anjrit ngasih anjing hadiah?” Off bertanya.

“Ya suka-suka gue lah anjrit, gue kaya”

“Ya biasa aja lo anjrit”

“Ya elu yang mulai ya anjrit”

“Lo berdua berantem lagi gue doain jadi jodoh, Aamiin”

Keduanya diam setelah mendengar ucapan New, barulah kembali berkeliling.

•••

“Gila pasti Bibi suka banget sama kado gue” ucap Gun dengan wajah bahagianya.

New mengangguk saja, biar cepat urusannya. Sedangkan Off tanpak masih menentang Gun yang ingin member kado untuk Bibi, katanya gak make sense.

“Dih orang gila” cibir Off.

“Gue mau cari makan. Lo berdua ikut apa kagak? Atau mau lanjut berantem disini?”

“Mau makan juga”

“Gue juga, laper banget mau pingsan”

New memilih tempat makan yang menurutnya enak, dan tak mahal, hahaha maklum dia anak sekolahan.

Slogan jagonya ayam. Kalian tau bukan?

“Gue mau mango float anjir udah lama banget gak minum itu” ujar Off.

“Gun yang mesen, nih pake credit card gue aja, jangan nolak. Gue sama Off nyari tempat”

Gun menurut, sedangkan New dan Off mulai menyapu pandangan keseluruh ruangan, mencari meja kosong, namun pandangannya malah terhenti pada meja paling ujung, dua orang remaja yang saling melempar senyuman.

“Off, itu Tay sama Namtan bukan sih?”

Off diam, tak menjawab apa-apa karena ucapan New benar adanya.

Cowok berponi lucu itu memutar tubuhnya, menatap cowok sipit itu dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Gue tau diam lo punya sesuatu, Tay sama Namtan bukan dua orang yang baru kenal kan?”

“Lo gak mau jawab?”

“Bilang ke Gun gue mau pulang, lo berdua bisa lanjut makan, kalo mau gabung sama mereka”

•••

-Joya-

[Siapa]

•••

Senyum manis itu terukir indah di wajah tampannya, sedangkan si manis tengah menatapnya dengan tatapan kesal bukan main.

“Malam sayang”

Suara Tay terdengar begitu lembut, setelah menyuruh Gun untuk pulang, ia berdiri di ambang pintu yang belum sepenuhnya tertutup rapat.

“Masuk, tutup pintunya” New membuka suara, begitu ketus.

Tay menurut, mengunci pintu bercat putih itu lalu melangkah mendekati New, cowok itu melipat kedua tangannya di depan dada, masih sangat kesal karena Tay nyuruh Gun pulang secara paksa.

“Jangan marah dong, aku cuma mau sama kamu”

Bola mata itu memutar tak kala telinganya mendengar ucapan Tay tawan. Masih dengan nada lembutnya.

“New, gue punya sesuatu” Tay berkata, memperlihatkan sebungkus teh hijau kepada sang kekasih “Mau gak?” sambungnya.

New masih menatap Tay dengan sebal, namun matanya tak lepas dari bungkus teh hijau yang berada di tangan kanan cowok itu.

“Mau gak kamu? Ini enak banget lho”

New merampasnya “Lo paling bisa ya ngerayu gue”

Kekehan Tay terdengar, lalu mendudukkan bokongnya di kasur milik New, sementara si manis tengah membersihkan tumpukan buku-buku yang berada di kasurnya.

New dan Gun memang bersama tadi, hanya berbicara hal-hal yang mengganggu pikiran dan di selingi dengan mempelajari materi pelajaran seni budaya. Besok ada ulangan harian.

“New”

“Newwiee”

“Nyuwik”

“Saya”

“Kayak intro kalo chatingan ya” ujar Tay membuat New terkekeh ringan.

Cowok berkulit tan itu beranjak dari kasur New, membantu sang kekasih membereskan buku-bukunya, New ini salah satu manusia paling rapi yang ada di muka bumi.

Tak butuh waktu lama untuk selesai, karena tak begitu banyak sebenarnya yang harus di bereskan. New duduk di pinggir ranjang, sementara Tay berdiri di depan New.

Memerhatikan wajah manis sang kekasih, demi apapun Tay baru sadar jika New memang seindah itu. Apalagi kalau di pandang makin lama, makin gila rasanya.

Iris kedunya mengunci, Tay masih diam di posisinya, sedangkan New menengadah, menatap sang kekasih tanpa berucap.

Jantung keduanya bak mau lepas dari tempat, Tay perlahan menundukkan tubunya, semakin mendekati New. Mengikis jarak antara mereka, New lemas bukan main tak kala napas Tay menerpa wajahnya.

Sedikit lagi, bibir kedunya menyatu, New menutup matanya dengan perlahan, sama seperti yang Tay lakukan, ia mengelus pelan tengkuk si manis.

Namun ponsel milik Tay berdering, keduanya sontak tersadar dan Tay langsung berdiri tegak, ia mengumapati si pengacau dalam hati.

Meraih ponselnya dengan kesal lalu melihat siapa yang meneleponnya tengah malam begini.

New tersenyum simpul tak kala penglihatannya menangkap beberapa huruf di layar ponsel sang kekasih.

Nama Namtan tertera disana.

•••

-Joya-.

[Kok deket]

•••

“Gue males banget Gun” keluhan dari New terdengar, membuat cowok bertubuh mungil nan imut itu menoleh ke kanan.

New memang sangat membenci pelajaran olahraga, entah kenapa, ia bahkan sering pura-pura sakit agar tidak mengikuti pelajaran yang satu ini.

“Cuma dua jam, nanti ganti pelajaran mat minat, kesuaan lo” Gun menyahut.

“Tai, sejak kapan gue suka limit?”

Gun terkekeh, mengajak temannya itu untuk kelapangan, keduanya berjalan beriringan sesekali terkekeh karena topik yang di bahas. Ada saja memang dua bayi ini.

“Jadi kemarin lo pulang bareng Off?” New bertanya.

“Ya iya anjrit, mau gimana lagi mobil gue mogok”

New menatap temannya itu dengan tersenyum mengejek, sontak membuat Gun memukul lengannya.

“Kok lo marah? Gue cuma senyum”

“Senyum lo jelek, kek babi”

•••

“Pak kayaknya saya mau pingsan” ucap New, alasan sebenarnya.

Guru olahraga bernama Andi itu pun menoleh ke anak muridnya yang satu ini, selama hampir dua tahun setengah mengajar kelas New, singkatnya dia sudah khatam sifat muridnya yang ini.

“Yaudah kamu pingsan aja disini”

New cemberut menyerka keringat yang berada di dahinya, ia berjalan mendekati Tay yang tengah asik bermain basket.

“Beb”

Tay menoleh, berjalan mendekati New lalu mengelus pipi sang kekasih “Kenapa kamu?”

“Mau pingsan”

Tay terkekeh, kedua tangannya terulur untuk mengacak-ngacak rambut New.

“PAK ADA YANG PACARAN”

Teriakan Gun smile terdengar, membuar TayNew melirik cowok itu dengan sinis.

“Tay, tolong kamu ajarin namtan cara men-dribble bola, bapak ke kantor sebentar kalian lajut saja”

•••

Disini, di pinggir lapangan tepatnya di bawah pohon rindang New berada, menyaksikan teman-temannya yang tengah asik dengan kegiatan masing-masing.

New juga tak tau mengapa dirinya sangat membenci pelajaran ini.

Iris kelabunya sedari tadi memperhatikan dua anak manusia yang membuat pikirannya sedikit kacau?

Tepukan di bahunya membuat New menoleh, Off pelakunya. Cowok bermata sipit itu duduk di sampingnya sembari meneguk air mineral hingga tandas.

“Kenape lu?”

New menggeleng “Memang gue kenapa?”

“Gue cuma nanya”

New tak lagi menjawab, namun pandangannya masih saja tertuju kesana. Tawa cowok berkulit tan itu terdengar bersamaan dengan tawa gadis berambut coklat yang tengah berada di lapangan.

“Ih aku gak bisa Tay”

Lipatan di dahi si manis tercipta, merasa heran dengan panggilan aku-kamu.

“Off, Tay sama Namtan kok aneh ya?”

•••

-Joya-

[Perpustakaan]

•••

“New mau kemana lo?” pertanyaan dari Gun terdengae tak kala New berjalan keluar kelas dengan tumpukan beberapa buku di pelukannya.

“Kalo gue bawa buku paket mau kemana?”

“Bisa aja uks” jawab Gun smile dengan santai.

“Diem deh lo totot, gue mau ke perpus bentaran”

Gun mengangguk “Yaudah sana pergi gue males nemeninnya”

New menatap temannya itu dengan tatapan sinis lalu memperlihatkan jari tengahnya pada Gun.

“Nanti kalo Tay nanya gue dimana, bilang di perpus ye”.

“Gak bakal nanya dia”

“Bangsat”

•••

New meletakkan buku-buku paket di rak dengan rapi, matanya menyapu rak buku itu, mencari buku biologi namun belum ia temukan.

“New”

Panggilan itu membuat Newn menoleh ke kanan, menatap gadis berambut sebahu yang tengah tersenyum padanya, New membalas senyum itu.

“Iya, lo ada perlu apa? Butuh bantuan?”

Gadis itu mengangguk pelan “Gue mau minjem catatan sebenernya, karena kata anak-anak kelas catatan lo paling lengkap”

“Bisaan aja tuh mereka, lo mau minjam catatan apa?” New bertanya.

“Matematika wajib”

“Yaudah nanti gue kasih”

“Makasih ya New”

“Sama-sama Namtan” balas New.

“Lo nyari apa? Mau gue bantuin?”

New terkekeh pelan mendengar ucapan teman barunya itu “Lagi nyari buku biologi, abis kayaknya”

“Gue punya, lo mau minjem?”

New mengangguk cepat, karena memang ia membutuhkannya.

“Besok gue bawa ya New”

“Lo ba-”

“Beb”

Panggilan itu memotong ucapan New, sontak kedua ana manusia yang tengah berbincang itu pun menoleh ke sumber suara.

New tersenyum pada cowok berulit tan itu, Tay berjalan mendekati New, lalu merangkul kekasihnya ia mengulum senyum tipis pada Namtan.

“Gue laper, temenin ke kantin yuk” Tay bersuara, mengajak New.

“Ayok, sekalian aja ajak Namtan. Lo mau ikut kan Nam?”

Tay dan Namtan saling tatap, lalu dengan cepat kontak mata yang terjadi di putuskan oleh Tay, ia tersenyum manis pada sang kekasih.

“Boleh”

“Ayo bareng-bareng, Tay lepasin ah rangkulannya kamu berat”

“Beratan rindu kalo kata dilan”

“Bacot lu, jangan lupa nanti kita ke SD pulangnya”

“Iya beb”

•••

-Joya-

[Dancing in the rain]

•••

“Allahuakbar lo kenapa gak pake payung”

Cengiran khas cowok berkulit tan itu terukir di wajahnya. Tanpa ada rasa bersalah atau apapun, cowok berkulit tan itu malah mengajak New untuk bergabung bersamanya.

“Lo gila ya, udah mau malem ih gak mau gue”

“Ayo, kalau sama Tay tawan mau malem, subuh, siang, petang, senja, sore, apalagi ya? Apa aja lah semua bakalan aman, apalagi ini elo, New. Orang yang selalu gue perjuangkan”

New menghela napas, menutup pintu rumahnya dan berjalan mendekati Tay, air dari langit itu langsung menyerbunya dan ia basah kuyup.

“Ikut aku sini”

New lagi-lagi menurut, jemari mereka bertaut, berlari kecil di bawah hujan, hal sepele memang, namun kesepelean itu bisa jadi yang paling membekas di ingatan.

Tay mengelus jemari New, masih berlari kecil, keduanta terkekeh padahal tak ada yang lucu.

“New, gue ada game seru. Denger baik-baik aba-aba gue ya”

“Nanti, kita mencet bel rumahnya Off, Gun, Sm, sama Bright terakhir karena rumah dia paling jauh dari kita”

“Ih gak boleh gitu, lo iseng ban-”

“Gue jamin, itu seru abis”

•••

Tawa kencang itu terdengar tak kala berhasil menyelesaikan yang katanya game itu. Napas keduanya pun terengah.

“Capek, gue kayak berkeringat tapi ini hujan” New berucap.

“Mau balik gak? Udahan?”

“Gak mau, gue mau keliling komplek”

Tay menurut, mengikuti semua kemauan kekasihnya dengan senang hati, karena sejujurnya, ia ingin menciptakan momen yang begitu banyak, bersama New.

“Tay, gue sayang banget sama lo”

•••

Hujan mereda, hanya tinggal gerimis saja, namun kedua anak manusia itu belum juga mau pulang kerumah masing-masing hanya untuk sekedar membersihkan diri.

Tetesan air dari rambut basah Tay membuat New terdiam, Tay begitu tampan namun New tak ingin memberi tahu cowok itu. Nanti kepede-an.

“Kok gak ada pelangi sih” keluhan dari cowok berkulit putih itu terdengar, duduk di pinggir danau taman komplek, hanya ada mereka berdua. Kata Tay menunggu pelangi, padahal ia asal sebut saja tadi, eh malah New mengira beneran.

“Gak mood kali, bidadarinya males mandi” jawab Tay bergurau.

“Bibir lo pucet, ayo pulang”

“Gak mau, nanti aja. Bentar lagi deh”

Tay masih setia menatap manik mata milik New, jantungnya bedetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya, anehkan, padahal cuma saling tatap-tatapan.

“New, kalau mau pergi, kasih tau ya, jangan ngilang kayak di telan bumi”

“Aneh lu”

“Gue serius, aku takut kamu hilang, aku takut kamu gak sama aku lagi, aku takut kamu pergi”

Senyum manis cowok berkulit putih itu terkukir, ia mengangguk pelan “Kita hilangkan segala ketakutan kita sama-sama ya, Tay”

•••

-Joya-

[I love you so matcha]

•••

New membuka pintu bercat abu rokok itu dengan santai, langsung memasuki rumah keluarga Tay, mencari anak itu ke kamar namun tak ada.

New menghentikan langkahnya ketika sebuah pesan masuk mengalihkan perhatiannya, ternyata Tay di dapur. Tumben sekali seorang Tay tawan mau berlama-lama di dapur. Bisanya cuma ambil minuman atau makanan saja.

New tersenyum kecil tak kala menemukan sosok yang dicarinya, Tay berdiri membelakanginya.

Cowok berkaos hitam itu masih tak sadar jika New sudah berada disamping. Ia masih terlalu fokus dengan kegiatan yang dilakukannya.

“Ngapain sih ganteng?”

Tay menoleh, lalu menampilkan senyum manisnya “Taraaaa! Iced matcha latte untuk Newwiee pacar gue”

New terkekeh mendengarnya, Tay langsung memberikan segelas iced matcha latte buatannya kepada sang kekasih.

“Ini enak banget pokoknya, kalaupun gak enak bilang aja enak, bikin gue seneng aja New”

New meminumnya sedikit, lalu menatap Tay yang juga tengah menatapnya dengan serius.

“Gimana?”

“Lumayan lah, enak”

Untuk ukuran orang malas berada di dapur lama-lama, minuman bikinan Tay tak buruk sama sekali.

“Gak sia-sia gue nonton youtube”

“Makasih ya, ganteng. Tumben banget”

“Iya tadi sebelum pergi Bunda ngasih sebungkus bubuk matcha tapi udah di taro di dalam tupperware, katanya buat lo, Cuma sorry ya beb, tumpah hehehe”

New membelalakkan matanya, sedangkan Tay hanya mengengir kuda. Ia merasa bersalah.

“LO! IH KESEL BANGET GUA DENGERNYA”

•••

New ngambek, ia masih berada di rumah Tay, namun sedari tadi hanya memainkan ponsel dan menghiraukan pacarnya.

Masih kesal.

“New, beb, ayang beb, hubby, jangan ngambek dong sama gue” Tay membujuk, menepuk-nepuk pelan tangan New.

“Diem lo”

Tay diam, ia menurut tak ingin menambah masalah.

“Kalo tau gini gue bohong aja apa ya tadi”

“Kalau kamu bohong, ketauan sama aku. Aku lebih marah lagi”

•••

“Kamu bisa main gitar kan? Ayo dong coba mainin, nanti aku nyanyi”

“Suara kamu jelek”

“Dih asu lo Tawan”

Kekehan dari Tay terdengar, cowok berkulit tan itu pun beranjak dari kasur, mengambil sebuah gitar yang berada di sudut meja belajar.

“Mau lagu apa kamu?”

“Hmmm apa ya” New tampak berpikir, sedangkan Tay hanya diam menunggu.

“Lagu kita aja gimana Tay, perfect two”

“Lagu lu dari mane bangke, oke boleh”

“Maksud gue, itu lagu kita banget” New menjawab dengan sedikit kesal.

“You're the one I wanna marry, Newwiee”

“Ulang dari awal Tay, gausah ngalus gue baper nih”

•••

-Joya-