[Gak apa-apa]
•••
“Newwiee kamu jera ya pergi bareng aku?”
“Kenapa mikir gitu?”
“Dari tadi kamu diem”
“Kamu juga dari tadi main hape mulu”
Kali ini Tay yang diam, ia memutuskan untuk menyimpan benda pipih berwarna hitam itu kedalam saku celananya.
“Udah gak main hape lagi” jawab Tay.
New tersenyum tipis, ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, sudah pukul lima sore.
“New, mau beli es krim?” tawaran Tay tampaknya begitu menggoda New, ia mengangguk cepat dengan senyum yang lebar.
“Ayo, mau yang di toko es krimnya langsung apa es krim alfa?”
“Terserah aja, tapi yang deket alfa sih, alfa aja deh” balas New.
Tak butuh waktu lama untuk Tay sampai di sebuah minimarket, ia menghentikan mobil putih miliknya di depan bangunan menjulang tersebut, mengajak New untuk turun namun pria itu menolak, tunggu di mobil aja, gitu katanya.
Akhirnya Tay seorang diri yang berjalan masuk ke dalam minimarket “Ini gue beli semua varian rasa aja kali ya”
•••
“Kamu mau jualan apa gimana?”
Suara New terdengar begitu Tay menyerahkan sekantong plastik besar, berisikan begitu banyak es krim.
Tay menggaruk kepala belakangnya, ia juga tak tau harus menjawab apa?
“Aku tau kamu suka semua rasa Newwiee, jadi ya aku beli semua”
New menghela napas panjang “Kamu tuh jangan terlalu boros gini, aku gak suka”
“Lagian buat apa sebanyak ini?”
“Buat kamu” balas Tay begitu polos.
“Neewiee, kamu marah ya sama aku”
New diam, menatap es krim di pangkuannya dengan kesal, ia kesal dengan keborosan Tay tawan yang tak bisa hilang.
“Menurut kamu aja”
“Newwiee, kamu boleh marah tapi jangan pergi lagi ya”
“Kamu tau, setahun setelah kamu minta buat kita gak sama-sama lagi, aku semacam kehilangan arah”
“Tay”
“Dengerin aku dulu boleh?” pinta Tay dan New mengangguk.
“Kamu tau, sebelum kenal kamu, aku gak pernah sebegitu ketergantungan sama seseorang”
“Newwiee, aku gak tau salah ku apa sampai kamu minta kita buat udahan, itu pertanyaan ku selama setahun ini, aku buat salah apa sampe kamu marah?”
“Tawan, aku mutusin kamu itu karena aku kurang buat kamu? Kita gak setara” ucap New.
“Hubungan kita ini gak wajar, aku gak mau karena aku karir kamu rusak, aku gak mau karena aku pandangan orang ke kamu jadi beda” sambung Newwiee.
“Kamu kenapa mikirin kata orang? Kenapa bilang hubungan kita gak wajar? Newwiee, buat aku kamu itu cukup, terserah orang mau gimana, karena yang ngejalanin ini, aku dan kamu. Kita”
New menundukkan kepalanya, merasa sangat bersalah pada pria yang betada di sebelahnya ini, New terlalu mendengarkan ucapan orang sampai-sampai ia harus mengorbankan perasaannya.
“Newwiee, kalau ku bilang aku mau ada kata kita di antara aku dan kamu. Apa masih bisa?”
“Apasih yang kamu harapin dari aku Tay?”
“Aku gak ngeharapin apa-apa dari kamu, selama kamu jadi dirimu sendiri dan kamu di sampingku itu cukup”
“Newwiee tatap aku, boleh?” pinta Tay lagi.
New menurut, menatap manik coklat itu dalam diam, jemari Tay terulur untuk mengelus pipi gembul milik orang terkasihnya itu.
“Kembali sama aku ya, karena kita, belum selesai” ucap Tay terdengar begitu serius.
“Newwiee gak mau ya?”
“Aku gak bilang gitu”
“Jadi mau?”
New mengangguk malu-malu, membuat Tay semakin tersenyum lebar “Newwiee aku seneng banget, boleh cium gak?”
Belum sempat New menjawab, Tay sudah menarik pria manis itu mendekat ke arahnya, menyatukan kedua bibir mereka, melumatnya dengan begitu halus dan penuh perasaan, mengutarakan semua kerinduan melalui ciuman.
Tay melepas pangutan keduanya, mengelus bibir Newwiee-nya yang sedikit membengkak akibat ulahnya “Masih sama, manis”
“Tay diem, aku malu”
“Kamu cantik banget”
“Diem”
“Kamu itu indah banget”
“Diem ahh”
“Newwiee” panggil Tay.
“Ciuman lagi boleh gak?”
Newwiee tersenyum lalu mengangguk, keduanya kembali berpangutan, melupak es krim yang meleleh. Kasihan es krimnya.
•••
-Joya-