Joya.

Ibunya Newwiee.

[Nangis masi gratis]

•••

Suasana di kamar milik pria berponi lucu dan kulit seputih susu itu begitu redup. Atmosfernya terasa begitu sendu, tatapannya tak lagi berkilau seperti biasa.

“Newwiee, gue gak ngelarang lo buat nangis, tumpahin aja”

Pertahanannya langsung runtuh saat suara Gun terdengar, air matanya turun begitu deras membasahi pipi. New menangis.Gun hanya diam sembari memberi elusan di bagian bahu kiri.

“Gue tuh cuma mau dia ngerti, kita ini sepasang sekasih”

“Gue gak minta apa-apalagi selain dia dateng dan nanya gimana hari ini Newwiee?”

“Gue capek, Gun”

“Dia udah gak sayang ya sama gue? Dia punya yang baru ya? Dia bosan banget ya liat gue mulu?”

“Gue cuma butuh waktu, sedikit aja. Gue tau kok dia punya kesibukan dan gue juga, tapi selayaknya orang pacaran, pasti punya waktu untuk ketemuan. Tapi kenapa gue enggak?”

Pria manis itu masih menangis, namun tak separah tadi, matanya langsung membengkak dan merah, perlahan namun pasti pandangan New yang tadinya menunduk mulai menatap Gun.

“Apa lebih baik akhiri aja ya Gun?”

•••

-Joya-

[Pelupa]

•••

Jumpol sedari tadi mengguncang tubuh pria berkulit tan di sampingnya, namun Tay tak kunjung membuka mulut.

“Kamu kenapa sayang?”

“MUSNAH!”

“LO MAUNYA APA SI SETAN!” balas Jumpol.

Tay membelalakkan matanya, menjewer telinga Jumpol hingga pria berkulit pucat itu menhaduh kesakitan.

“Lo tuh ya, kalau tua jangan pelupa. Lo gak ingat dua hari yang lalu tepat 3 taun lo nembak gue anjenggg”

Akhirnya, unek-unek seorang Tay tawan keluar juga, ia berhenti menjewer Jumpol. Pria bermata sipit itu terdiam, menatap Tau dengan heran, lalu ia tertawa keras.

“BEGO BANGET TAWAN HAHAHA, ANJING” tawa Jumpol teredam karena Tay memasukkan kaos kakinya kedalam mulut sang kekasih hati.

Sekarang, giliran Tay yang tertawa melihat ekspresi Jumpol, mereka ini sebenarnya apa?

“Jadi lo nyuekin gue karna ini?”

“Menurut lo?”

“TAY LO BEGO KITA TUH PACARAN BULAN MARET”

“FEBRUARI”

“MARET ANJING KAN GUE YANG NEMBAK?!”

“Masa si Jum?”

“Iya Tay”

“Oh berarti, NGAPAIN GUE GALAU DUA HARI INI BANGSAT!!”

Off jumpol kembali tertawa kencang “Keliatan yang tua dan ingatannya sudah hampir ilang siapa? Pikun lo”

“Jangan hina gue, manusia tak luput dari kesalahan”

“Bacot njing”

“Oke deh Tay, karena lo ngiranya dua hari yang lalu hari jadi kita, nih gue kasih hadiah, tapi tutup mata dulu”

“Lo jangan yang enggak-enggak!” peringat Tay.

“Cepetan nyet!”

Tay menurut, menutup kedua matanya dengan perlahan, membuat Jumpol menahan tawanya, ia mengambil sesuatu yang berada di saku piyamanya, lalu di berikan ke Tay tawan dengan perasaan berbunga.

“Selamat menempuh hidup baru Tay, ini kuaci bisa di makan pas lagi sepi. Tertanda Off jumpol kesayangan mu”

•••

-Joya-

[Salah]

•••

Tepat di langkah terakhir, pria berkulit putih pucat itu memutar knop pintu bercat putih gading di depannya, hal pertama yang di tujunya adalah seorang pria yang tengah terbarinng santai dengan televisi menyala.

Jumpol tersenyum penuh makna, ia berjalan cukup hati-hati karena Tay terlihat asik sendiri, dengan ponsel yang berada di genggamannya.

“DOR!”

“Gak kaget!” ucap Tay sembari menjulurkan lidahnya “Emang lo tua, jantungnya udah lemah” sambung pria berkulit tan itu.

Jumpol tampak berdecak malas, melirik Tay tawan dengan begitu sinis, lelaki berkulit tan ini selalu saja menyebalkan.

“Benerin hape gue” ucap Jumpol memberikan ponselnya pada Tay.

Tay menaikkan sebelah alisnya, Ia kira Jumpol hanya pura-pura bodoh, ternyata bodoh beneran.

“Caper banget deh sama gue” celetuk Tay yang langsung mendapat timpukan bantal dari Jumpol.

“Anak setan! Jangan kasar” umpat Tay tawan.

Off Jumpol tergelak, tak merasa kasihan sama sekali pada kekasihnya, tunggu, sangat aneh bukan menyebut kekasih?

“Lo kenapa dah sama gue Tay?”

“Gue kenapa?”

“Lo nyuekin gue, gue peka!”

“Oh peka” sahut Tay sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Lo kenapa sayang?”

“NAJIS MUSNAH LO JUMPOL”

Off jumpol tak kuasa untuk menahan tawanya, ia benar-benar tertawa kencang melihat wajah Tay yang begitu lucu.

“Lo kenapa cepet bilang!”

“Ngapain, lagian harinya juga udah lewat, lo pulang aja sana”

“Kok lo ngusir gue anjing?”

“Ya lo ngapain ke sini?”

“Lo yang nyuruh kalo lupa”

“Oh iya lupa, tapi gue gak tua” ucap Tay cepat.

Off menggaruk kepala belakangnya heran, lalu bergumam “Padahal tahun lahir gue sama dia sama”

“Bangsat Tawan kita seumuran anjing!”

•••

-Joya-

[Gak apa-apa]

•••

“Newwiee kamu jera ya pergi bareng aku?”

“Kenapa mikir gitu?”

“Dari tadi kamu diem”

“Kamu juga dari tadi main hape mulu”

Kali ini Tay yang diam, ia memutuskan untuk menyimpan benda pipih berwarna hitam itu kedalam saku celananya.

“Udah gak main hape lagi” jawab Tay.

New tersenyum tipis, ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, sudah pukul lima sore.

“New, mau beli es krim?” tawaran Tay tampaknya begitu menggoda New, ia mengangguk cepat dengan senyum yang lebar.

“Ayo, mau yang di toko es krimnya langsung apa es krim alfa?”

“Terserah aja, tapi yang deket alfa sih, alfa aja deh” balas New.

Tak butuh waktu lama untuk Tay sampai di sebuah minimarket, ia menghentikan mobil putih miliknya di depan bangunan menjulang tersebut, mengajak New untuk turun namun pria itu menolak, tunggu di mobil aja, gitu katanya.

Akhirnya Tay seorang diri yang berjalan masuk ke dalam minimarket “Ini gue beli semua varian rasa aja kali ya”

•••

“Kamu mau jualan apa gimana?”

Suara New terdengar begitu Tay menyerahkan sekantong plastik besar, berisikan begitu banyak es krim.

Tay menggaruk kepala belakangnya, ia juga tak tau harus menjawab apa?

“Aku tau kamu suka semua rasa Newwiee, jadi ya aku beli semua”

New menghela napas panjang “Kamu tuh jangan terlalu boros gini, aku gak suka”

“Lagian buat apa sebanyak ini?”

“Buat kamu” balas Tay begitu polos.

“Neewiee, kamu marah ya sama aku”

New diam, menatap es krim di pangkuannya dengan kesal, ia kesal dengan keborosan Tay tawan yang tak bisa hilang.

“Menurut kamu aja”

“Newwiee, kamu boleh marah tapi jangan pergi lagi ya”

“Kamu tau, setahun setelah kamu minta buat kita gak sama-sama lagi, aku semacam kehilangan arah”

“Tay”

“Dengerin aku dulu boleh?” pinta Tay dan New mengangguk.

“Kamu tau, sebelum kenal kamu, aku gak pernah sebegitu ketergantungan sama seseorang”

“Newwiee, aku gak tau salah ku apa sampai kamu minta kita buat udahan, itu pertanyaan ku selama setahun ini, aku buat salah apa sampe kamu marah?”

“Tawan, aku mutusin kamu itu karena aku kurang buat kamu? Kita gak setara” ucap New.

“Hubungan kita ini gak wajar, aku gak mau karena aku karir kamu rusak, aku gak mau karena aku pandangan orang ke kamu jadi beda” sambung Newwiee.

“Kamu kenapa mikirin kata orang? Kenapa bilang hubungan kita gak wajar? Newwiee, buat aku kamu itu cukup, terserah orang mau gimana, karena yang ngejalanin ini, aku dan kamu. Kita”

New menundukkan kepalanya, merasa sangat bersalah pada pria yang betada di sebelahnya ini, New terlalu mendengarkan ucapan orang sampai-sampai ia harus mengorbankan perasaannya.

“Newwiee, kalau ku bilang aku mau ada kata kita di antara aku dan kamu. Apa masih bisa?”

“Apasih yang kamu harapin dari aku Tay?”

“Aku gak ngeharapin apa-apa dari kamu, selama kamu jadi dirimu sendiri dan kamu di sampingku itu cukup”

“Newwiee tatap aku, boleh?” pinta Tay lagi.

New menurut, menatap manik coklat itu dalam diam, jemari Tay terulur untuk mengelus pipi gembul milik orang terkasihnya itu.

“Kembali sama aku ya, karena kita, belum selesai” ucap Tay terdengar begitu serius.

“Newwiee gak mau ya?”

“Aku gak bilang gitu”

“Jadi mau?”

New mengangguk malu-malu, membuat Tay semakin tersenyum lebar “Newwiee aku seneng banget, boleh cium gak?”

Belum sempat New menjawab, Tay sudah menarik pria manis itu mendekat ke arahnya, menyatukan kedua bibir mereka, melumatnya dengan begitu halus dan penuh perasaan, mengutarakan semua kerinduan melalui ciuman.

Tay melepas pangutan keduanya, mengelus bibir Newwiee-nya yang sedikit membengkak akibat ulahnya “Masih sama, manis”

“Tay diem, aku malu”

“Kamu cantik banget”

“Diem”

“Kamu itu indah banget”

“Diem ahh”

“Newwiee” panggil Tay.

“Ciuman lagi boleh gak?”

Newwiee tersenyum lalu mengangguk, keduanya kembali berpangutan, melupak es krim yang meleleh. Kasihan es krimnya.

•••

-Joya-

[Pipi kamu merah]

•••

Tay dan New sedang berada di warung nasi goreng Bang Aji, tempat yang sering mereka kunjungi dulunya.

“Mang dua, satu gak pedes” ucap Tay.

“Bah, lama kali tak jumpa kelen” ucap Bang Aji membuat kedua anak manusia itu hanya tersenyum.

“Apa kabar mu berdua? Masih pacaran yekan?”

“Doain aja Bang” jawab Tay dengan kekehannya.

New seperti biasa, masih diam, hanya menjawab dengan senyuman atau anggukan saja.

Tak lama dua porsi nasi goreng dan dua gelas jus jeruk sudah berada di depan mata “Selamat makan, manis” ucap Tay.

Keduanya memulai acara makan itu dalam diam, pandangan Tay sedari tadi tertuju pada pria di depannya, Newwiee sangat menarik.

Tay mengerut kan dahinya tak kala New mulai meminum jus jeruk miliknya dengan tergesa-gesa, pria manis itu kepedesan?

“Newwiee nasi gorengnya kepedesan ya?”

“Banget” jawab New.

Bulir-bulir peluh sudah hadir menghiasi dahinya, bibir New sendiri terlihat begitu merah, jangan lupakan wajah dan telinganya yang ikut memerah. Sepedas itu kah?

“Kok punya aku biasa aja ya? Masih pedes banget? Minum aja nih air aku”

New mengangguk, menghabiskan jus jeruk milik Tay, jadilah ia kenyang karena minum air.

Karena penasaran, Tay pun mencoba nasi goreng milik New, ketika ia menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya, Tay tersadar.

“Newwiee nasi goreng kita ketuker”

•••

-Joya-

[Masih sayang]

•••

Tepat di menit ketiga puluh pria berkulit tan itu pun muncul di hadapannya, dengan senyuman manis yang menghangatkan hati.

“Hai, maaf ya lama” sapa Tay.

“Gak apa-apa, udah terbiasa” jawab New menyunggingkan senyum.

New sangat paham dengan seorang bernama Tay tawan, orang paling tidak tepat waktu yang pernah ia kenal, dan pernah ia sayang? Apa masih?

Tay terkekeh pelan, tanpa sadar tangannya terulur untuk mengacak pelan rambut halus Newwiee.

Keduanya terdiam ketika Tay sadar akan perlakuannya pada New, seharusnya tak begini, seharusnya tak ada adegan elus-elusan yang membuat deg-deg an.

“Sorry” ucap Tay.

“Duduk sini” ucap New menepuk bagian kursi besi bercat putih tulang itu.

Tay menurut, duduk di sebelah Newwiee, keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat, memikirkan apa yang harus di katakan terlebih dahulu.

“Tay”

“Newwiee”

Baik Tay dan New terkekeh tak kala suara mereka beradu.

“Kamu aja deluan”

“Manis first” balas Tay.

New menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan tingkah laku absurd Tay tawan.

“Kamu kenapa ngajak ketemuan?” tanya Newwiee.

“Karena apa ya, kangen?”

New diam, matanya menatap iris coklat itu dalam, ada perasaan aneh ketika keduanya saling manik itu saling bersinggungan.

“Newwiee, kalau aku bilang aku masih sayang. Kamu percaya gak?”

“Kita udah selesai setahun yang lalu Tay”

“Tapi gak menutup kemungkinan kamu juga masih sayang sama aku”

“Newwiee”

New yang sedari tadi diam dan menunduk pun mulai menatap Tay, lagi.

“Aku kecepetan ya ngasih tau nya? Gimana kita cari makan dulu? Aku kalo laper suka ngelindur”

•••

-Joya-

[Perahu kertas]

•••

Tay memberanikan diri untuk menemui pria manis yang tengah duduk di meja paling pojok, jemarinya tengah asik menari-nari di atas buku, entah menulis apa Tay juga tak tau.

Ia menghembuskan napas panjang ketika jarak keduanya semakin dekat, debaran jantungnya semakin menggila.

“Sorry, Newwiee boleh minta kertas gak?”

Suara Tay membuat perhatian lelaki manis itu beralih padanya, New tampak terkejut atas kehadiran mantan kekasihnya, ngapain Tay berada di cafe Newwiee?

Karena semenjak kedunya memutuskan untuk berpisah, Tay tawan tak pernah lagi menginjakkan kakinya ketempat ini.

“Boleh” ucap New memberikan sebelmbar kertas pada Tay.

“Kalau aku pinjem pulpen, boleh gak?” sambung pria berkulit tan itu.

New mengangguk, memberikan pulpen pada Tay, membuat sang mantan tersenyum manis padanya.

Pria berkulit tan itu duduk tepat di depan New, asik dengan kegiatannya mencoret-coret kertas pemberian pria manis yang masih menjadi satu-satunya orang yang menduduki tingkat tertinggi di hati Tay.

Sekitar beberapa menit, akhirnya sang mantan meletakkan pulpen itu di atas meja, namun jemarinya mulai melipat kertas yang berada di tangannya, Tay membuat perahu kertas.

“Ini buat kamu, jangan di baca sekarang. Nanti aja kalau kamu udah di rumah”

“Newwiee, nanti malam boleh gak balas chat aku? Kalau enggak juga gak apa-apa” sambung Tay lalu beranjak dari tempatnya, namun sebelum pria itu benar-benar melangkah menjauh, Tay menyempatkan dirinya untuk berkata satu kalimat yang membuat New ingin menghilang dari bumi sekarang.

“Hampir setahun gak bertatap muka, kamu masih menjadi orang yang paling aku suka”

•••

-Joya-

[Tinggal kata]

•••

Tay terdiam, tak menunjukkan bahwa ia terkejut dengan ucapan Newwieenya. Pria berkulit tan itu tersenyum hambar, dugaannya benar, tak melenceng sama sekali.

“Jangan tatap aku begitu” cicit Newwiee.

“Jadi kamu mau di tatap gimana?

“Tay, aku sayang kamu”

“Cuma kata kamu” balas Tay, nadanya masih terdengar begitu lembut, namun Newwiee cukup merasa Tay sedang bersedih akibat ulahnya.

Setetes air mata turun membasahi pipi pria berkulit tan itu, ia masih diam, masih menatap sang pemilik hati dengan mulut terkunci rapat, dadanya seakan di hantam benda berat, terasa sangat sesak.

“Tawan, jangan nangis” ucap Newwiee menghampus air mata yang terus mengalir membasahi pipi sang mantan kekasih.

“Kenapa? Kenapa minta udahan? Salahnya aku apa? Boleh kasih tau kenapa?”

“Kamu gak ada salah apa-apa sama aku, tapi di antara kamu dan aku memang udah gak bisa ada kata kita lagi”

“Jangan cari aku, jangan tunggu aku, jangan bergantung sama aku lagi ya Tay”

“Mulai hari ini, kamu bebas”

“Tapi aku gak mau bebas Newwiee” balas Tay.

Newwiee memaksakan senyumnya “Gak boleh gitu, masa depan kamu masih panjang, bakalan ada yang datang tanpa di duga”

“Masa depan ku itu kamu”

“Bukan Tay, semesta cuma mempertemukan kita, gak menyatukan, terimakasih untuk 5 tahun terindah yang kamu kasih ke aku, terimakasih buat bahagia dan tawa, terimakasih Tawan”

“Lepasin aku ya, Aku sayang kamu, selalu”

•••

-Joya-

[Usai]

•••

“Cemberut terus cepet tua” ucap Newwiee mencubit pelan pipi sang kekasih yang tengah merajuk padanya, padahal Newwiee sudah memberikan 5 coklat batang pada Tay.

“Ada yang mau kamu kasih tau aku? Sampein? Atau apapun itu?”

Newwiee mengangguk dengan senyum manisnya “Kamu tau aku banget ya, hehehe”

“Tay deketan sama aku dong, elus kepalaku juga” pinta Newwiee yang langsung di turuti oleh Tay.

New menyandarkan kepalanya di dada bilang Tay, New belum berbicara lagi, ia hanya diam sembari menautkan jemarinya dan jemari sang kekasih, sesekali terdengar kekehan pelan dari pria manis itu.

“Kamu mau ngomong apa, Newwiee?” tanya Tay dengan nada begitu lembut.

New menghela napas cukup panjang, mula mengubah posisinya menjadi berdiri, mengajak Tay agar berdiri juga.

“Kamu ganteng banget hari ini, setiap hari sih, cuma hari ini kebangetan” ucap New.

“Tay aku mau di cium kamu, boleh?”

Tay tak berkata, ia memangkas jarak di antara keduanya, debaran jantung keduanya berpacu tak beraturan, Tay memangut bibir New dengan sangat halus.

Setelah beberapa waktu, Tay melepas pangutan keduanya, menatap New dalam, mencium kedua pipi gembul itu dengan pelan, membuat sang empunya terkekeh.

“Tay aku sayang kamu, banget”

“Iya Newwiee”

“Tay, kita usai disini ya”

[Sayang]

•••

Senyum pria berkulit tan itu semakin lebar tak kala pandangannya menemukan sesosok pria berkulit putih yang tengah duduk manis di pinggir danau beralaskan kain dan beberbagai macam makanan di atasnya.

“Sayang”

Ucapan dari Tay sontak membuat pria manis itu menoleh kebelakang, menatap kekasihnya dengan senyuman.

“Sini-sini, aku kangen” ucap Newwiee begitu manja.

Tay terkeke pelan, meletakkan dua botol soda berukuran besar. Setelahnya barulah ia duduk di samping Newwiee.

Keduanya saling tatap untuk beberapa saat, sama-sama tersenyum, jantung kedua sama-sama bercapacu dua kali lebih cepat dari biasanya.

“Aku cinta kamu Tay” ucap Newwiee tanpa suara.

Tay kembali terkekeh, tangan kanannya terulur untuk mengelus rambut sang kekasih dengan sayang. Tay sangat bersyukur memiliki Newwiee di dalam hidupnya. Karena Newwieenya begitu bisa di andalkan untuk segala hal.

“Happy valentine's day, Tawan”

Tay tak menjawab, ia malah merentangkan tangannya, Newwiee yang paham pun langsung mendekat ke arah Tawan-nya keduanya berpelukan. Sesekali Tay mengecup pipi gembul kekasih hatinya.

“Tetap sama aku ya Newwiee”

Newwiee hanya tersenyum menanggapinya.

•••

-Joya-