Joya.

Ibunya Newwiee.

[Upaya]

•••

Derap langkah kedua anak manusia itu teredam dengan bisingnya koridor sekolah, para murid berbondong-bondong masuk kedalam kelas masing-masing saat bel berbunyi keseluruh penjuru Sma Garuda.

“Cakep banget emang anjrit”

“Gue akan petrusin sih”

Samar-samar New mendengar ucapan para teman sekolahnya, entah siapa.

“Beb, ayok cepetan jam pertama Pak Tarno bisa gila kita kalo beliau deluan yang masuk”

Tay menarik tangan New, berlari kecil menaiki anak tangga, syukurlah, guru bahasa indonesia berumur lima puluh tahun itu belum berada di kelasnya.

“Capek banget aku” New berucap dengan napas terengah.

“Mau aku kasih napas buatan, gak?” Tay bertanya dengan alis terangkat satu, membuat New memukul pacarnya itu dengan tas miliknya.

“Pak Tarno dateng!”

•••

Suasana kelas yang tadinya begitu bising mendadak senyap tak kala sepatu pantofel berada di ambang pintu, sang empunya berjalan, lalu berdiri di depan kelas.

“Selamat pagi anak-anak, tanpa berbasa-basi saya ingin memperkenalkan murid baru yang akan menjadi teman kalian nantinya, silahkan masuk”

Seorang gadis berambut sebahu lengkap dengan bandana biru muda muncul dengan tersenyum manis.

Sontak Off langsung menepuk pundak Tay berulang kali, membuat cowok berkulit tan yang asik menggoda New itu menoleh kebelakang, menatap teman karibnya dengan kesal.

“Paan sih lu?”

“Liat anjrit siapa anak barunya”

Tay menoleh, dan seketika senyumnya memudar, raut wajahnya menjadi datar, semesta memang suka sekali bercanda.

“Perkenalkan, nama saya Namtan tipnaree”

•••

-Joya-

[Cerita]

•••

Jika matahari telah pergi, maka bulan dan bintang yang akan menemani langit dimalam hari.

New masih mengunyah makanannya, sejujurnya ia sudah cukup kenyang, namun jika di buang kan sayang.

Baik Tay maupun New memang belum ingin beranjak dari tempat ini. Katanya terlalu mager untuk berdiri.

“Lo tau gak New, gue tuh selalu mikir. Gue suka nih ganti-ganti pasangan, karena di pikiran gue, cuma pacaran.”

“Gue gak main perasaan, tapi di saat hati gue udah jatuh sama satu orang, gue mau usaha buat tetap sama dia.”

“Tau gak kenapa?”

New menggeleng, masih mendengar ucapan Tay yang serius kali ini.

“Karena bokap gue pernah bilang, kalau kita udah sayang, berjuang tak lagi terasa melelahkan”

“Jadi ceritanya, kamu mau kayak ayah yang sayang ke bunda?”

Tay mengangguk, mengelus rambut halus New. Cowok berkulit putih itu menghela napas panjang.

“Aku malah gak mau kaya Papa, aku iri lho sama keluarga kamu Tay, harmonis”

“Aku gak niat buat membandingkan, cuma ya namanya manusia pasti punya rasa kurang terus kan”

“Kadang gue suka kesel kalo lagi ngaca, mirip banget sama Papa. Cuma gue selalu berdoa agar gue bisa jadi orang yang setia”

“Di umur 14 taun orang tua gue pisah, ya gue mau marah juga gak bisa, akhirnya cuma bisa nangis, bertanya sama semesta kenapa hidup gue kayak isinya bercandaan semua”

“Kamu tau gak Tay, pilihan terbangsat yang pernah gue hadapin apa?”

“New, kamu mau ikut siapa?”

•••

“Sebenarnya jadi orang setia gak susah, ya kan. Tapi memang kata setia gak bisa di sematkan untuk semua orang”

“Udah berapa tahun ya gue gak ketemu Papa, dan hidup gue biasa aja tanpa kehadirannya. Kayak gue sama Mama aja udah lebih dari cukup”

“Karena buat gue pribadi, kata maaf itu gak ada buat orang yang ingkar dengan pasangannya, dengan anaknya, dengan orang yang katanya ia cinta”

“Kalau cinta, gak mungkin mendua. Terus bilang kalau dia akan adil, itu bullshit”

Tay masih diam, membiarkan New mengutarakan semua ceritanya, kadang manusia cuma butuh di dengar, tak perlu di kasih masukan apa-apa.

“Dari kejadian orang tua gue. Gue punya niat gak pacaran bahkan sampe gak mau menikah, karena gue pikir, menerima orang buat jadi teman hidup gue, selain diri gue sendiri, itu gak ada, gak akan pernah jumpa”

“Isi kepala orang itu beda-beda, pun dengan perasaannya, gue juga mikir punya teman untuk berbagi luka itu adalah hal yang sia-sia, sampe gue ketemu orang yang bisa matahin semua sampah di kepala gue tentang itu”

“Tay tawan orangnya.”

•••

-Joya-

[I'm in love with you]

•••

Love you every minute, every second.

Love you everywhere and any moment.

Always and forever I know I can't quit you.

'Cause baby you're the one, I don't know how.

New bernyanyi dengan santai sembari memainkan ponselnya, berbaring di kasur Tay tawan. Menunggu cowok bekulit tan itu selesai membersihkan dirinya.

“Cinta banget ya sama gue”

New lantas menoleh ke kiri, tepat dimana Tay berdiri dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

“Najis lo, gue nyanyi doang. Udah cepetan elah lama banget”

Tay menurut, berjalan menuju lemarinya, memilih kaos hitam dan jeans berwarna senada.

“Kata orang cowok pake outfit hitam itu bakalan jadi cakep mampus New” ucap Tay, menyiris rambut basahnya dengan kesepuluh jemari.

“Iya, tapi gak berlaku buat lo” ketus New.

“Makasih lho pujiannya”

“Sama-sama ganteng”

•••

“Rujaknya enak, mau coba gak? Tapi dikit aja”

“Ini cendolnya juga ajib dah, suer”

“Tahu gejrotnya nanti dimakan sama-sama ya Tay biar romantis, awas aja lo makan deluan”

“Ini sate daging apaan dah?”

“Manusia, New”

Habis borong jajanan, judul hari ini. TayNew berkeliling mencari jajanan murah dan mengenyangkan pentingnya.

Mulai dari sate, tahu gejrot, cendol, rujak buah, somay, tahu bakar, burger goceng dan ada beberapa lagi.

Duduk di taman kota, menikmati sore hari dengan sang kekasih. Menyenangkan.

“Kita bisa nih bikin vlog, TayNew meal date” New berucap dengan mulut penuh rujak buah.

“TayNew real date”

“Bisa aja lo lengkuas”

“Ini kan lo semua yang bayar, nanti bensin motor Billkin gue ya”

“G-”

“Nolak kita putus” potong New dengan cepat.

“Belum ada sebulan kita pacaran bangke, ancaman lo udah gini aja”

“Nurut gak?”

“IYA SAYANG AKU NURUT”

•••

-Joya-

[Bersama]

•••

Seperti yang sudah di rencanakan, keenam anak manusia itu kompak untuk membolos jam pelajaran.

New duduk di kursi dengan tenang, sedangkan Tay tengah bernyanyi ria.

Carpool karaoke Tay tawan katanya.

“Udah kayak James corden gue” Tay berucap.

New menghiraukannya, ia malah asik sendiri dengan ponsel yang berada di tangannya. Sesekali ikut bersenandung juga.

“Kalau lagi sama pacar, jangan main hape dong”

New menoleh ke kanan, lalu terkekeh. Pacar ya, agak aneh kedengarannya karena nyatanya mereka memang sepasang kekasih.

“Kalo gue jadi model, keliatan mirip siapa Tay?”

“Barbara palvin, jangan tanya kenapa karena gue gak punya jawabannya”

Karena gak setiap pertanyaan itu memiliki jawaban, pada akhirnya kamu akan kelimpungan sendiri jika ditanya begini “Kenapa bisa suka sama dia, spesialnya apa?” gak tau, karena jawabannya memang gak ada.

•••

“Itu matcha latte gue Sm anjing” umpatan New terdengar tak kala Gun smile dengan santainya meminum minuman miliknya.

Gun Smile terkekeh pelan “Kewajiban gue itu ngerasain minuman lo semua, mana tau gak enak kan”

“Alasan lo anjing, pulang aja dah lo sana”

“Jangan atur-atur aku” ujar Gun smile.

Ke-enamnya tengah berada di cafe yang terletak lumayan jauh dari jarak sekolah, sangking niatnya untuk bolos, mereka bahkan mengganti seragam dengan pakaian santai. Singkatnya bawa baju main dari rumah.

“Ih gue laper, pengen makan soto paru masa” ucap Gun.

“Permintaan lo yang enggak-enggak, mana ada di cafe estetip begini soto paru” jawab Off.

“Kita balik sekolah aja yuk”

“Dedikasi lu sama Sma Garuda tinggi juga ya New”

Kekehan dari temannya terdengar tak kala Bright menjawab, New memutar bola mata malas, ia beralih pada es krimnya saja.

“Main dare or die aja yuk” usul Gun.

“Muke lu, dare or die”

“Truth or truth dah dah dah” ucap Tay.

“Basic banget dih” ceplos Gun.

Cowok bertubuh pendek itu lantas mendapat jambakan dari Off “Lo aja main sendiri kalo dare or die, gue masih sayang nyawa. Belom pernah ngewe lebih tepatnya”

“Cobain dah, nagih”

Itu jawaban Tay, bangsat memang.

“Diem lu semua, nih gue puter botolnya”

Bright mulai meletakkan botol bekas air mineral di tengah-tengah meja, lalu memutarnya. Keenam anak manusia itu mengalihkan fokusnya pada putaran botol hingga berhenti, di Gun smile.

“Skip aja lah, gak ada yang mau di tanya sama dia. Gue gak kepo tentang kehidupannya” ucap Off.

“Jangan gitu, dia udah pengen di tanya noh” Gun bersuara.

“Hina aja gue terus, hina anjing hina”

“Kapan terakhir kali lo coli?”

“Tadi malam”

•••

Gelak tawa sedari tadi masih terdengar, botol itu berhenti tepat ke arah New, dengan wajah semangat Bright mengajukan diri untuk menjadi orang yang bertanya pada New.

“Kapan lo nyadar, kalo lo suka sama Tay”

“Kalo bener-bener nyadar, sejak dia pacaran sama Mild” jawab New dengan jujur, ia melirik Tay, cowok itu tengah tersenyum tipis.

“Jadi, yang gak nyadarnya?”

“Ya mana tau, namanya juga gak sadar, udah lah kan satu doang sat”

“Ini Tay doang yang belom kena, udah jadi lo aja kita tanya-tanya, karena lo terakhir, pertanyaannya 5” ucap Off.

“Dih udah kaya pertanyaan essay pas ujian”

“Spesyel beb”

Tay terkekeh mendengar jawaban New.

“Dari gue dulu”

“Oh karna lo paling tua ya Off”

“Gak gitu anjing, dah lah ngambek gue”

“Gak duli” ketus Gun smile.

“New aja dulu, kan pacarnya” usul Bright membuat teman-temannya pada mengangguk setuju.

New tampak menghela napas, mau nanya apa juga dia tidak tau.

“Apa ya, oh apa yang menarik dari gue? New bertanya dengan kedua alis naik-turun.

Tay terkekeh mendengarnya, ia menatap satu persatu temannya “Ya karena, lo itu New. Semua yang ada di diri lo gue suka. Bahkan hal yang tadinya gak gue suka, kalo lo yang lakuin jadi beda”

“PULANG GUA”

•••

-Joya-

[Can i call you mine?]

•••

“Enak gak?”

“Bunda yang masak mah gak pernah enggak enak” New menyahut santai, kembali menikmati semangkuk soto tanpa nasi hangat, diet katanya.

“New, lo pernah ngebayangin gak lo bakal pergi keliling dunia?”

New meneguk segelas air hingga tandas, meletakkan mangkuk soto itu di atas meja belajarnya. Lalu beralih menatap sang teman dengan anggukan kepala.

“Pernah, gue pengen tinggal di hutan Washington DC, terus nonton smackdown, gak tau kenapa Washington punya daya tariknya tersendiri buat gue” New menjawab.

Tay tersenyum tipis mendengarnya, mata New tampak berbinar ketika ia bercerita tentang ibu kota Amerika serikat itu.

“Kalau lo, mau kemana?”

“Dulu gue pingin ke Grindelwald, tapi sekarang as long as i'm with you, i'm happy no matter where we go”

New diam, pipinya merah padam karena ucapan manis Tay tawan. Jarang sekali cowok itu berucap dengan nada begitu serius.

“New, liat gue coba”

“Gak mau gue, pulang lo sana”

New berujar dengan muka di tutup kedua telapak tangan, bermaksud menyembunyikan pipi semerah tomat itu dari sang teman.

“New, kalo kita pacaran. Menurut lo aneh gak?”

“Tay”

“Gue serius”

New perlahan menurunkan tangannya, lalu menghela napas panjang.

“Menurut gue, ngubah hal dari teman ke pacar itu bukan hal yang sulit. Karena apa ya, kita udah deket dari lama, kita udah tau sifat masing-masing bagaimana”

“Pun tentang apa yang di suka atau tidak. Tapi, ada hal yang gue takutin, kalo kita pacaran dan akhirnya pisah”

“Kita bukan kehilangan pacar doang Tay, kita berdua akan kehilangan kata teman juga”

Tay mengangguk paham, perlahan ibu jarinya mengelus pipi kanan New, jantung keduanya menggila, itu nyata adanya.

“Yaudah kita coba dulu, kalau bosen tinggal nikah. Mau gak?”

“Katanya lo mau punya hak untuk cemburu sama gue, tinggal pilih jawabannya ada dua New”

“Iya atau mau?”

•••

-Joya-

[Cemburu]

•••

New mengendarai mobil biru muda milik Gun dengan kecepatan lebih waras dari sebelumnya, lagu milik Bruno mars berjudul Talking to the moon mengalun dengan sendirinya. Membuat perasaan New entah mengapa makin kacau saja.

“Tay nelponin gue mulu New asu”

Suara Gun terdengar sedari tadi memberi tahu jika Tay tawan tak bisa diam sampai New sampai dirumah.

“Biarin ajalah”

New juga tak tau ada apa dengan dirinya akhir-akhir ini, yang jelas ia tak suka perhatian Tay teralih.

Cowok manis berponi itu tau ini salah, tidak seharusnya begini karena dirinya dan Tau tawan tak ada ikatan apa-apa.

“New, pulang aja ya. Tay makin gila nih”

•••

“Makasih ya Gun, I love you Beb. Hati-hati di jalan”

Mobil yang di kendarai temannya itu menjauh lalu menghilang dan tak lagi tampak di mata New.

Hal yang ingin New lakukan selanjutnya adalah mandi dan lalu tidur, sangat simple memang. Namun ada saja manusia yang membuatnya rumit, siapalagi kalau buat Tay?

Cowok berkulit tan itu ternyata berada di depan rumahnya, berjalan mendekati New, dengan wajah datar.

“Lo nyetir?”

Suara cowok berkaos hitam itu terdengar, New hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Kan udah gue bi-”

“Apasih larang-larang, lo siapa?”

“New gue gak mau lo kenapa-napa”

“Yaudah lo liat keadaan gue sekarang, kenapa-napa gak? Enggak kan, yaudah biarin aja gue sendiri”

Helaan napas terdengar, Tay tampak setengah mati menahan kekeasalannya pada New.

“Lo kenapa sih, aneh tau gak”

“Gue kenapa? Lo kali yang kenapa-napa” balas New tak mau kalah.

Keduanya saling tatap, iris itu saling beradu, berdiri di tengah-tengah jalan, untung sepi.

“Lo aneh tau gak? Gak jelas tiba-tiba gini, gue gak suka”

“Lo siapa sih Tay di hidup gue? Cuma temen kan? Temen gak ngatur, jadi cukup buat ngatu-”

“Lo cemburu sama Mild?”

New terdiam mendengar ucapan Tay yang memotong ucapannya.

“Iya, gue cemburu, gue gak suka lo deket sama cewek lain, gue gak suka. Karna gue suka sama lo”

“Tapi kita cuma temen, New”

“Buat gue jadi berhak untuk cemburu”

•••

-Joya-

[Perkara kita]

•••

Ketukan tak berperikemanusian terdengar, tanpa berniat untuk membukanya, New malah asik dengan setumpukan buku yang berada di hadapan.

“Gue tamu lho nyed”

Suara Tay tawan terdengar membuat New terkekeh pelan. Cowok berkulit putih itu melepas kacamata bulatnya, meletakkannya di atas buku lalu beralih pada Tay.

“Cuma ini buah yang ada di kulkas gue, kosong juga anjing kesel banget” ucap Tay memberikan dua buah tomat padanya.

New terdiam, menatap tomat berukuran lumayan besar itu dengan perasaan, perasaan apa ya gak tau.

“Tay ini tuh sayur”

“Sayur mata lo, itu buah”

“Sayur kata gue”

“Ya kata gue buah, timbang makan aja sih”

“Gue gak suka Tawan asu”

Tay terbahak mendengar umpatan New barusan, ia memang sengaja ingin menjahili New. Namun jujur isi kulkasnya juga kosong, sang Bunda belum berbelanja.

“Yaudah nanti mampir ke alfa depan aja kita, sekarang lo ajarin gue dulu”

“Banyak bacot ya lo kopling motor, gak mau gue ngajarinnya, nanti lo tidur lagi”

Tay lagi-lagi tertawa, lalu berjalan mendekat ke arah sang sahabat, memegang kedua sisi wajah cowok manis itu lalu meremas-remasnya sesuka hati.

New hampir menangis di buatnya. Pipi cowok itu merah semua.

“Ih lucu banget jodoh gue” Tay berucap tanpa berdosa.

“Anak anjing, pulang lo anak anjing”

•••

“Lo pake kacamata bisa jadi imut gitu gue perhatiin”

“Gue mah emang udah imut dari lahir, pacar Suho nih”

“Pacar masa depan gue” ralat Tay tawan membenarkan.

New tampak menaikkan kedua bahunya tak peduli, memakan cokelat yang di bawa Tay dari rumah, katanya ngambil punya Billkin.

“Billkin masih gak mau tuh sama Pp?”

“Au dah gak paham gue, lagian ya mikirin masalah percintaan gue aja gak kelar-kelar malah mikirin masalah Billkin segala, mana sempat aku New”

New menghela napas, tak memperdulikan Tay, apanya belajar yang ada mereka berdua bergibah ria.

Mulai dari menceritakan Off jumpol yang tak bisa makan nasi, Gun yang katanya sedang di dekati sama abang-abang mie ayam, pun Bright yang ingin mengambil hati New. Kata Tay tawan begitu.

“Lo jangan sama Bright pokoknya”

“Dih sapelu ngatur gua”

“Bestie mu”

“Bestie doang mah gak berhak ngatur-ngatur, lagian Bright ganteng, gue kalo di tembak gak bakal nolak”

“YA JANGAN DONG, SUHI AJA UDAH BERAT MASA NAMBAH BRIGHT. NANGIS NIH GUA”

“Suho, anjing”

Tay meringis karena New melempar botol air mineral yang isinya masih ada setengah. Sakitnya terasa sekali men.

•••

-Joya-

[Sama siapa]

•••

New masuk tanpa permisi, ia melangkah menaiki anak tangga rumah Tay yang terletak di depan rumahnya. Tanpa sopan santun cowok manis itu membuka pintu bercat abu-abu milik temannya. Menampilkan seorang pemuda berkulit tan yang tengah bersenandung kecil sembari menyisir rambut di depan cermin.

“Buru elah”

“Sabar manis, diem dulu” Tay menjawab, masih fokus merapikan rambut basahnya.

New memutar bola mata malas, lalu mulai mengotak-ngatik ipad Tay tawan, ingin main game. Baru saja ingin memulai permainan, suara Tay menginstrupsinya.

“Ayok New kita jalan-jalan, tapi gausah beli jajan”

•••

Ucapan Tay tawan memang tak pernah bisa di anggap serius, tadi ia yang mengatakan gak ada acara beli jajan. Namun nyatanya, di depan New sudah banyak bungkus snack plus berbagai macam varian es krim.

Keduanya duduk santai di depan minimarket spbu, kata Tay dia lagi gak mood ngabisin bensin. Yaudah New nurut saja.

Cowok manis berponi lucu itu asik mengunyah makanan ringannya, keduanya sesekali terbahak karena obrolan yang di anggap lucu.

Sebenarnya, mau dimana atau bagaimana. Bahagia itu sederhana, semua tergantung sama Siapa.

•••

-Joya-

[Pancarona]

•••

Sepasang iris kelabu itu menyaksikan tenggelamnya matahari yang mulai meninggalkan bumi, senja itu memang enak di pandang mata, kehadirannya pun tak lama. Namun senja lebih jelas kapan ia pergi dan kembali.

Matahari meninggalkan jingganya, dan disini ada seorang anak manusia yang tengah merasa sepi namun ia juga ingin sendiri.

Perlahan senyum manisnya terukir indah di wajahnya, iris kelabu itu terlihat begitu sendu, seperti orang yang tengah merindukan sesuatu.

Deburan ombak terdengar di telinganya, bak seorang penari ternama, kali ini ia bergerak dengan begitu teratur.

New menoleh ke kanan tak kala seseorang duduk di sampingnya, sontak membuat cowok berkulit putih bersih itu bergerak memberikan jarak. Lalu kembali menikmati matahari yang mulai terbenam.

“Pulang yuk”

New hanya diam, padahal ia begitu merindukan sang pemilik suara. Merindukan segala tentang Tay tawan.

“Aku boleh jelasin?”

Suara milik kekasihnya kembali terdengar di telinga. Namun ia masih diam, seperti tak menganggap ada orang di sampingnya padahal New setengah mati menahan ucapan untuk mengutarakan jika ia rindu manusia itu.

“Newwiee”

“Gak usah Tay tawan, gak ada yang perlu kamu jelasin ke aku”

New bersuara, namun pandangannya tetap lurus kedepan. Ia pembohong yang buruk, nyatanya New lebih tertarik untuk menatap wajah kekasihnya, namun di tahan saja.

“Ada, semuanya. Aku gak mau ada lagi kesalahpahaman di antara kita”

“Yang buat salah paham itu ada kan kamu”

“Iya New, aku jelasin satu-satu ya”

“Aku bilang gak usah, Tawan”

“Aku mohon banget sama kamu, Aku gak mau kita begini”

New menoleh, menatap iris hitam legam itu dengan sendu “Nyatanya, kita begini itu karna kamu. Karena ketidak terbukaannya kamu sama aku”

“Aku tau kok Tay status pacaran itu bukan sesuatu hal yang membuat aku harus tau semuanya tentang kamu. Tapi kalau kamu aja gak mau terbuka sama aku, buat apa status itu ada?”

“Sebenarnya, aku ini siapa di hidupmu?”

Akhirnya, pertanyaan itu keluar juga dari mulut si manis, tangisnya terdengar begitu matahari kali ini benar-benar meninggalkan bumi, tergantikan dengan bulan dan bintang yang ikut menjadi saksi berdebatan dua anak manusia ini.

“Aku gak punya pembelaan apa-apa untuk diriku. Karena aku tau aku salah sama kamu”

“Aku juga gak punya jawaban atas pertanyaan kamu barusan karena kamu terlalu rumit untuk di deskripsikan”

“Aku mau bilang kamu segalanya, namun itu terdengar terlalu berlebihan. Jadi bolehin aku gak jawab pertanyaan kamu yang itu ya”

“Soal aku yang gak terbuka sama kamu, aku juga minta maaf. Maaf karena kamu nangkep prilaku buruk ku begitu, aku sama sekali gak mau menyembunyikan apa-apa ke kamu”

“Tapi nyatanya begitu” New menjawab dengan begitu lugas.

“New, aku mau kamu jadi tempat aku mengadu. Aku mau kamu jadi tempat aku buat bertukar cerita bersama”

“Soal masalah” Tay diam sebentar, menatap kedua mata sang kekasih yang sudah berkaca-kaca.

“Masalah aku bakalan kuliah, aku tanya sama Newwiee. Kamu maunya kita gimana?”

New diam karena Tay bertanya begini, dia dihapkan dengan dua pilihan yang begitu sulit, kepalanya mau pecah. New tau betul arah ucapan Tay tawan yang ini.

Ia meminta kepastian di balik keraguaan keduanya tentang hubungan mereka.

New menunduk, menyerka air matanya dengan cepat. Tak ingin menangis di depan sang kekasih, namun itu rasanya berat sekali.

“Aku pergi masih lama New”

“Tapi lama-lama kamu juga bakal pergi, Tawan”

“Jadi?”

“Sebenarnya, tiga hari aku pikirin buat ini. Jarak diantara kita nanti bakalan gila-gilaan jauhnya, aku gak tau kedepannya kita bakalan gimana Tay”

“Tapi, boleh gak aku minta sesuatu”

“Apa itu?”

Tay masih menunggu ucapan New yang tak kunjung terdengar, ia begitu takut dengan pikiran-pikiran buruk yang mengantui dirinya. Bagaimana jika si manis meminta untuk mengakhiri hubungan mereka?

“Usahain buat tetap bersama, namun jangan sampai menentang jalannya semesta”

“Newwiee aku hampir nyebur ke laut kalo kamu minta udahan tadi”

•••

-Joya-

[Pelarian]

•••

Danau selalu menjadi tempat yang New kunjungi untuk pelariannya dari beberapa masalah. Ia hanya duduk diam da bawah pohon rindang. Angin menyapu wajahnya dengan tenang membuat poninya sedikit berantakan, namun dia hanya membiarkan.

Di dalam benaknya sekarang hanya ada satu pertanyaan yang tak sanggup ia lontarkan pada Tay tawan.

“Newwiee ini siapanya?”

Orang baru yang tak sengaja bisa masuk di kehidupannya? Atau hanya orang yang hadir di kala kesepiaannya?

Pria manis itu tau, setiap pertemuan memang berujung dengan perpisahan. Namun ia ingin adanya aba-aba.

Tay selalu mengatakan ia tidak ingin membuatnya khawatir, namun itu membuat ke-khawatiran New bertambah dua kali lipat.

Jam sudah mununjukkan angka enam sore, terhitung sudah delapan jam kurang ia disini, hanya diam dan menyendiri.

“Newwiee”

•••

Tangisnya belum berhenti, sedangkan seseorang yang berada di sampingnya hanya diam sesekali mengelus bahu New.

“Newwiee tuh kebiasaan deh kalo sedih ngilang sendirian, lain kali ajak Namiee ya”

“Gunniee lagi jalan kesini”

New mengangguk saja, menyerka air matanya lalu memaksakan senyum tipis.

“Sini peluk, Nyu kuat kok”

New menerima pelukan temannya “Gue selalu jadi orang yang tau tentang dia belakangan Nam”

“Gue siapanya sih?”

•••

-Joya-