Joya.

Ibunya Newwiee.

[Pergi]

•••

Hari berganti menjadi minggu, minggu berganti menjadi bulan, dan dua hari kemarin tepat TayNew dua bulan hahahaha, tak ada kejutan apa-apa sebenarnya.

“Masih tidur anaknya, tuh dikamar. Masuk aja sana Newwiee”

Itu suara Muk ketika New bertanya keberadaan Tay. Disini ia sekarang, berdiri memandangi kekasihnya yang tengah tertidur pulas, tubuhnya tertutup selimut.

Senyum New merekah indah, perlahan ia berjalan untuk membukakan gorden abu-abu tua kamar Tay, Membuat seseorang yang tengah bergelung dalam mimpi itu mulai mengerjapkan matanya beberapa kali.

“Pagi ganteng”

Tay tersenyum manis, perlahan mengubah posisinya menjadi duduk.

“Tumbenan kesini, ada apa?”

“Gak ada, mau ketemu kamu aja sih”

“Yaudah aku mandi dulu, kamu tiduran aja disini”

Tau benar-benar beranjak dari kasurnya, melirih jam dinding. Pukul sepuluh pagi. Ia berjalan mendekati New lalu menatap cowok manis itu dengan damai.

“Maaf ya Nyu”

Satu kecupan di bagian pipi kanan di layangkan Tay, setelahnya ia berlari menuju kamar mandi.

•••

Tay mandi cukup lama untuk ukuran anak laki-laki. Sudah sepuluh menit New menunggu namun belum ada tanda-tanda cowok itu selesai. Bahkan bunyi jatuhan air masih terdengar.

Yang New lakukan sedari tadi setelah membereskan tempat tidur hanya duduk santai, mengamati setiap sudut kamar Tay tawan yang begitu rapi.

Ponsel milik kekasihnya berbunyi, nama Off jumpol tertera disana. New menggeser tombol hijau suara Off langsung terdengar.

“Peng, berkas-berkas lo buat kuliah kenapa bisa ketinggalan di kamar gue setan, lo mau pamer gitu keterima di Harvard”

•••

Deru napasnnya tak teratur, ucapan Off tadi begitu menghantui pikirannya. New masih diam dengan ponsel Tay yang berada di genggamannya.

Suara pintu terbuka terdengar di telinga New, cowok berkulit tan itu melepar senyum tipis namun tak di balas si manis.

Tay berjalan mendekati New sembari mengeringkan rambutnya, raur wajah New tak enak di lihat.

“Kenapa?” yang lebih tua berujar dengan nada lembut.

“Tadi Off nelpon, katanya berkas-berkas kamu ketinggalan”

“Newwiee”

New menatap Tay dengan kedua alis terangkat, namun yang lebih tua menghela napas panjang sebelum ia memutuskan untuk berbicara empat mata.

“Aku jelasin ya”

New menggeleng, tersenyum tipis “Gausahlah, lagian aku udah cukup tau kok. Kamu kan emang begitu sama aku, aku tau tentang kamu selalu paling akhir, selalu dari temen kamu”

“Aku pulang ya, itu di meja makan sandwich bikinan ku, kalau gak suka gausah dimakan”

•••

-Joya-

[Peluk dong]

•••

“Meliburkan diri apanya orang dia jatoh dari motor pas balap-balapan sama gue”

Begitu ucapan teman karib Tay tawan ketika New bertanya. Tampaknya cowok itu kecplosan, karena setelah mengucapkan kalimatnya Off langsung membelalakkan mata serta memukul bibirnya sendiri.

New mengangguk, lalu mengulas senyum tipis.

“Makasih ya Off”

“Mati gue di tangan Tay”

•••

“New aman gak?”

Kelima anak manusia itu saling tatap lalu terkekeh kaku “Aman” sahut Sing memberi tahu sebuah kebohongan.

Tay tampak curiga, ia menelisik raut wajah temannya satu-persatu, namun ucapan Kit menghentikan kegiatannya.

“Tay ini kotak cincin buat apaan?”

•••

Tawa nyaring terdengar ketika seorang cowok manis itu berada di depan pintu kamar bercat abu-abu tua. Terdapan tulisan 'Tawan vihokratana' disana.

New memutar knop pintu, tawa di ruangan itu terhenti, menampilkan raut-raut wajah berbeda ekspresi. Sedangkan cowok berkulit tan yang tengah duduk bersandar di kepala tempat tidur itu menghela napas pasrah.

“Hmm, temenin gue ke dapur yuk” suara Off terdengar, membuat yang lain mengangguk lalu keluar dari kamar Tay tawan.

New tersemyum tipis pada teman-teman pacarnya, lalu berjalan mendekat. Duduk di pinggir ranjang. Tay menyengir kuda, menggaruk kepala belakangnya.

“Luka dikit doang Nyu” ujar Tay memberi tahu.

“Oh, lutut robek, kaki terkilir, sikunya luka itu dikit ya Tay”

Tau diam, tak berani menjawab karena nada suara New sangat jelas menindir dirinya.

“Aku gak mau kamu khawati Nyu”

“Udah makan belum? Aku bawain sup ayam”

Tay menggeleng, lalu tersenyum tipis “Belum, laper banget”

“Yaudah tunggu aku ambil nasinya”

•••

“Enak, siapa yang masak?”

“Bunda hehehe” New menjawab dengan kekehannya, lalu kembali menyuapkan sesendok nasi, ayam dan brokoli. Namun Tay langsung bergidik ngeri, menatap brokoli itu.

“Nyu buang Nyu jauhin dari aku”

New heran, apa yang salah?

“Kenapa?”

“Brokolinya jauhin”

Raut wajah cowok berkulit tan itu menunjukkan jika ia benar-benar takut, New tertawa lalu mendekatkannya membuat pekikan kencang dari Tay tawan terdengar.

“Kamu takut brokoli ternyata”

Suara New terdengar sesudah ia menyingkirkan sayuran itu dari piring makanan Tay.

“Bukan takut, geli aja. Bentuknya gak jelas”

“Takut namanya”

“Enggak sayang, aku geli”

“Iya terserah kamu”

“Kamu kenapa bisa kecelakaan gini? Gimana ceritanya?”

Tay memberikan gelas kosong pada New, lalu menyengir lagi “Main balap-balapan sama Off, pas mau belok ada motor. Ya ciuman, motornya”

“Tapi, yang aku tabrak gak kenapa-napa kok. Cuma masuk rumah sakit aja”

“Astaga Tay tawan vihokratana”

Tay tersenyum manis sekali, merentangkan tangannya lalu berkata “Peluk dong Nyu”

•••

-Joya-

[Maaf ya]

•••

Usai menerima pesan dari Gun, New tak benar-benar pergi ke kantin. Ia masih duduk diam di kursi taman belakang ssndirian. Biarkan saja, nanti Tay juga akan menjelaskan kalau itu memang perlu.

Bel bertanda pulang berbunyi lebih awal, ada rapat guru katanya. Mungkin untuk ujian kenaikan kelas.

New sesegera mungkin berjalan menuju kelas, setelah mengambil tas ia langsung berjalan keluar pagar, kali ini pulang naik bis sekolah saja.

New ingin sendiri.

•••

Senyum tipisnya terukir melihat telur dadar bikinannya kali ini berhasil, sempurna. Tak gosong seperti kemarin-kemarin.

Bunya bilang, New boleh ke toko kalau mau. Namun New tak pernah kesana selain jika sang Bunda menyuruhnya untuk minta jemput kalau wanita berparas ayu itu tak membawa kendaraan sendiri.

New sangat benci keramaian yang menimbulkan sepi untuknya.

Ketukan pintu terdengar, cowok manis itu meletakkan sepiring nasi lengkap dengan telur dadar buatannya di meja makan lalu berjalan untuk membuka pintu.

Pintu bercat kuning itu terbuka, menampilkan Tay tawan yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap dengan wajahnya yang luka-luka.

Newwiee menghela napas panjang, menatap cowok itu dengan tatapan datar miliknya, membukakan pintu lebih lebar bermaksud menyilahkan Tay untuk masuk, tapi dia masih diam.

“Nyu”

New diam, berjalan ke ruang televisi, mencari kotak p3k di laci. Lalu menyuruh Tay untuk duduk di sofa hanya dengan isyarat mata. Tay menurut, si manis sedang dalam mode tak baik-baik saja. Terkhusus padanya.

New dengan telaten mulai mengobati luka-luka sang kekasih, sudut bibir cowok itu robek. Terdapat darah kering disana. New meringis pelan, melihatnya.

“Nyu, kok matanya berkaca-kaca?” Tay bertanya dengan lembut, namun si manis masih bungkam.

“Newwiee”

“Udah selesai, sana pulang”

Suara New terdengar begitu ketus. Kalau ini namanya beneran marah.

“Kok nangis?”

Tay panik bukan main tak kala setetes air mata turun membasahi pipi kekasihnya, ia menarik New kedalam pelukan, Newwiee-nya masih diam.

“Maaf ya”

“Kamu tau gak sih aku tuh kesel, gak suka banget liat kamu luka-luka” New berujar.

“Iya maaf ya”

“Kenapa? Kenapa berantem?”

“Iseng aja hehehe”

•••

-Joya-

[Di bumi]

•••

Kadang ada gak perlu hal-hal serius untuk bersama-sama terus. Senyum manis cowok berkulit seputih susu lengkap dengan poni yang menutupi dahi. Ia mulai mengendarai mobil putih miliknya dengan kecepatan sedang.

Lagi-lagi lagu milik Pamungkas mengalun indah di mobilnya, namun kali ini berjudul Lover stay. Ia ikut bernyanyi dengan sangat santai.

“Money comes and goes but lover stay” senyumnya semakin merekah begitu lirik itu terdengar.

Malam hari, mengendari mobil sendiri, dan bernyanyi merupakan hal yang paling New minati.

Sekitaran lima belas menit, mobil putih milik New sudah terparkir rapi di depan garasi rumah Tay. Ia langsung keluar, hal yang pertama kali dilihatnya adalah senyum Tay tawan. Ternyata cowok itu menantinya, sendirian pula di pos satpam.

“Pak Alim kemana?” New bersuara, Tay masih menapilkan senyum termanis yang ia punya, berjalan mendekati New lalu meminta maaf karena tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi gembul sang kekasih.

“Main catur di belakang, sendirian hehehe”

New memukul perut cowok berkulit tan itu dengan sebal.

“Beneran Nyu, kalo gak percaya liat aja sendiri”

“Ada-ada aja”

“Memang pak Alim ada-ada aja, kalau kamu mana salad buah punya aku?”

New tersenyum, memamerkan paper bag berwarna biru muda pada Tay, keduanya terkekeh pelan.

“Tapi Candy udah tidur?”

“Kata kamu dia tidurnya jam sembilan-an” protes New.

“Iya aku bercanda hehehe”

“Ayo masuk, anggap aja rumah pacar kamu”

•••

“Newwiee, sini-sini gausah deket-deket sama Tay dia bau belom mandi dari pagi”

Ucapan Muk terdengar begitu TayNew menginjakkan kakinya kedalam rumah. New terkekeh pelan memdengarnya sedangkan Tay menatap sang kakak dengan tatapan sinis miliknya.

“Bi Muk tolong buatkan pacar saya minum, haus nih anaknya”

“Bi bi bibir lo, stop perkenalkan gue jadi pembantu lo kalau ada orang yang datang, gue kakak lo Tay tawan”

“Ya abisnya muka lo mendalami peran begitu”

New kembali terkekeh, perdebatan lucu antara kakak dan adik ini adalah hal yang New tunggu jika mengunjungi rumah Tay.

“Udah deh kak, lo masuk kamar sana gue mau pacaran lagian ya orang tua gak bagus tidur kemalaman” Tay berujar.

“Pintu keluar di sebelah kiri Tay tawan”

“Candy tinggal aja nanti gue yang tidurin, New bawa salad buah. Lo makannya besok aja gausah ganggu gue mau pacaran, udah sana masuk kamar Bi Muk”

•••

Gadis cilik berambut tergerai indah itu sedari tadi mengoceh pada New tanpa henti, Tay heran saja, mengapa Candy bisa begitu cepatnya dekat dengan New. Karena biasanya, Candy sangat susah akrab pada orang baru.

Mau tau apa yang Tay tawan lakukan sedari tadi? Menyaksikan perbincangan New dan keponakannya saja, sesekali tersenyum dan terkekeh ringan.

“Kakak ada bawain salad buah, Candy suka gak?”

Candy mengangguk sebagai wajaban, ia tersenyum semangat “Suka, Pak Alim juga suka kalo Mama buat salad buah. Yang gak suka Bang Tay”

New sontak menoleh ke kanan, tepat dimana Tay duduk di sampingnya, cowok manis itu menaikkan kedua alisnya, sedangkan yang di tatap hanya menampilkan cengiran tak berdosa.

“Hehehe, kalo kamu yang buat aku mau kok nyobanya Nyu”

•••

“Kamar kamu ini gelap banget ya”

Tay mengangguk setuju, memang benar.

“Iya apalagi kalo mati lampu, yang keliatan cuma gigi aku”

New terkekeh mendengarnya, jam sudah menunjukkan angka setengah sepuluh malam. Namun New masih di tahan oleh Tay untuk pulang.

Keduanya tengah duduk santai di ujung kasur milik cowok berkulit tan itu. New menyenderkan kepalanya di dada bidang sang kekasih.

“Kamar ini dulunya warna pink, kamarnya Kak Muk. Cuma semenjak Ibu pergi, kamar di bawah gak ada penghuninya selain kamar Ayah. Lagian Ayah kan jarang pulang”

“Makanya di gantiin jadi kamar kamu”

“Bener, pinter banget sih Nyuwi”

New terkekeh pelan, menyapu pandangannya kesepenjuru kamar luas milik Tay. Tak banyak barang disini, hanya ada lemari, satu meja belajar, televisi, sofa di sudut pas dekat jendela, dan terakhir tempat baju kotor.

“Kamu gak suka banyak perintilan”

“Enggak, bahkan sangking gak sukanya aku naruh semua buku sekolah di laci kelas”

“Tay”

Tay yang tengah asik mengelus tangan New pun berdehem sebagai jawaban.

“Kamu punya rencana kuliah? Eh kalau gak nyaman gausah di jawab Tay”

“Punya, aku pengen jadi dokter. Tau gak kenapa?”

New menggeleng, membuat yang lebih tua tersenyum lalu beralih mengelus rambut halus milik New.

“Karena aku mau di ingat, gini contohnya. Kalau kamu sakit kamu ingat aku, karena aku dokter. Kamu paham gak sih Nyu apa maksud ku?”

“Paham, cukup paham”

“Kalau boleh tau, mau kuliah dimana?”

“Di bumi”

•••

-Joya-

[Terulang]

•••

“Tay sini”

Senyum manisnya terukir begitu pandangannya berhenti pada Newwiee yang tengah melambaikan tangannya.

Tay melangkah mendekati cowok manis itu. Lalu duduk di depannya, sudah ada dua porsi nasi + ayam penyet dan tak lupa jus jeruk andalan. New suka sekali makan disini.

“Kok lama? ini cuma di depan komplek”

“Gimana gak lama, aku jalan”

“Tay tawan?!”

“Nyu pelanin suaranya” peringat Tay karena begitu banyak pasang mata mulai mengalihkan pandangan kemereka berdua.

New tersenyum kikuk, meminta maaf pada pengunjung lain. Lalu tatapan terkejut ia layangkan pada sang kekasihnya yang tengah menggaruk kepala belakangnya.

“Kenapa jalan?”

“Ya abisnya kamu bawa mobil, jadi aku tinggal aja motornya di depan rumah kamu, aku gak mau kita pulang masing-masing”

“Astaga Tay tawan, pantes sampe keringetan” ucap New sembari mengambil tisu dan mengelap dahi yang lebih tua dengan sabar, ingat Tay tawan itu ajaib kelakuannya.

“Iya padahal aku baru selesai mandi tadi”

“Lagian sih ada aja”

“Dari pada kamu ngomel, mending kita makan dulu. Nanti boleh kok lanjut lagi”

•••

“Nanti temenin aku beli cokelat ya”

Tay mengangguk setuju, keduanya berjalan keluar dari warung, Tay tersenyum ramah pada pria paruh baya yang menjadi tukang parkir disini.

“Pak Muh apa kabar? Keliatan makin ganteng aja” sapa Tay basa-basi.

“Alhamdulillah bapak mah baik, ini berdua lengket banget kaya lem tembak” balas pak Muh membuat TayNew terkekeh pelan.

Keduanya masuk kedalam mobil putih milik New, Tay tawan mengambil alih menjadi supir.

“Pamit ya Pak, sehat selalu”

•••

Lagu milik Pamungkas berjudul One only mengalun di dalam mobil milik New. Yang lebih muda sesekali bernandung kecil, keduanya diam menikmati lagu itu.

Perlahan, rintik hujan mulai turun membasahi bumi tanpa permisi sama sekali, tanpa aba-aba terlebih dahulu. Padahal tadi bintang bertabur indah di hamparan langit.

Perlahan yang lebih muda menoleh ke kanan, menatap Tay yang masih asik bersenandung mengikuti lirik demi lirik lagu yang terputar, namun beda dengan New, ingatannya tentang hujan dan ciuman kembali berputar bak kaset rusak yang terus memenuhi pikiran. Jantungnya kembali berdetak tak karuan.

Perlu di ingat, Tay tawan lah yang mencuri ciuman pertamanya.

New menghembuskan napas panjang, menetralisir detakan jantung yang menggila, rasanya mau pingsan padahal itu cuma kenangan.

“Kamu kenapa?” suara Tay terdengar, nadanya begitu halus.

New menggeleng pelan, membuat yang lebih tua perlahan mengulurkan tangan kirinya untuk mengelus rambut yang lebih muda dengan pelan, ada rasa sayang di setiap elusannya. Sangat nyaman.

“Tay jantung aku mau keluar dari tempatnya”

New tak tahan, ia benar-benar deg-degan. Tay tawan sontak menepikan mobil yang ia kendarai kepinggir jalan, lalu menatap New dengan tatapan khawatir.

Cowok berkulit tan itu mengelus permukaan wajah New “Kamu kenapa? Apanya yang sakit sayang?”

Bisakah New berubah menjadi jelly sekarang? Perlakuan Tay teramat manis untuk di maklumi.

“Aku, aku cuma, gak jadi” New berucap tak jelas.

Tay masih menampilkan raur cemasnya “Kamu mau aku bawa ke dokter?”

New menggeleng.

“Terus?”

New kembali menggeleng “Aku cuma deg-deg an hehehe” si manis menjawab dengan tawa kecil, menampilkan dua gigi kelincinya.

Ya Tuhan tolong kuatkan iman Tay tawan, begitu do'a yang Tay rapalkan dalam hati.

Jarak keduanya semakin mendekat, yang lebih tua semakin mengikis jarak di antara mereka, debarannya semakin nyata, New hampir pingsan tak kala bibir basah milik Tay mulai memangut bibirnya. Keduanya kembali mengulang kejadian manis dulu.

•••

-Joya-

[Giginya udah tumbuh belum?]

•••

Duduk berdua di kursi besi taman belakang sekolah adalah hal baru yang Tay coba, ia tak pernah sebelumnya. Namun New, sering mengunjungi tempat ini seorang diri.

Hanya untuk duduk santai atau makan bekal bikinan Bunda, begitu katanya.

“Makan yang banyak, biar cepet gede”

Itu suara Tay, hal yang dilakukannya sedari tadi hanyalah menyansikan sang kekasih yang tengah makan. Tay begitu banyak membawakan New jajanan, bahkan ada jus alpukat juga.

“Mau segede apalagi aku, Tay tawan?” ucap New dengan mulut mengembung akibat roti pisang-coklat yang berada di mulutnya.

“Gede banget lah pokoknya, harus gendut biar bisa aku unyel-unyel. Ya ampun pasti kamu gemesh banget”

New menggelengkan kepalanya, Tay tawan ajaib sekali memang tingkahnya.

“Minum dulu manis” Tay menyodorkan sebotol air mineral pada sang kekasih, dan New menerimanya dengan senang hati.

“Kamu gak mau?”

Tay menggeleng, senyum-senyum sendiri, lalu kedua tangannya beralih pada kedua sisi wajah New.

“Nyu maaf banget, maaf ya aku pegang pipinya” Tay berujar sembari mengelus dengan amat pelan pipi selembut kapas itu. Lalu beralih pada bibir New, ia menarik bibir yang lebih muda, menampilkan gigi rapi sang kekasih yang membuatnya terkekeh pelan.

“Udah tumbuh semua belum giginya?”

“Ini gigi susu ya Nyu?”

“Kamu udah bisa makan yang kasar ya? Gak perlu di halusin lagi”

“Besok aku beliin milna”

Tay terus berujar, sedangkan New hanya diam menikmati.

“Kamu pikir aku anak bayi?”

Tay mengangguk cepat dengan kekehan yang terdengar, ia terlalu ekspresif. New ikut terkekeh, keduanya sama-sama tak jelas untuk beberapa hal.

“You are my baby, you know?!”

New terkekeh lagi, ucapan Tay begitu menggelikan untuk di dengar, kedua tangan cowok berkulit tan itu pun kembali memegang sisi wajah New, lalu mencubit-cubitnya pelan.

“Nyu aku udah minta maaf lho ya, aku gak tahan banget buat gak cubit ini pipi gembul”

•••

-Joya-

[Senyum manis]

•••

Hari senin, kebanyakan orang mengutuk hari ini karena aktivitas seperti biasa kembali di mulai. Banyak manusia tak menyukai senin, namun tidak untuk Tay setelah ia mengenal New. Lebay, tapi percaya tidak. Semenjak berpacaran dengan New, minat belajar Tay jadi lebih tinggi.

Lupakan soal senin dan Tay tawan yang bucin.

Senyum manis ciri khas Tay terbit tak kala matanya menangkap sesosok cowok manis dengan senyum tipis, matanya menyipit bak bulan sabit di atas langit. Begitu indah.

Tay tak akan pernah bosan mengatakannya, karena Newwiee memang di ciptakan gak main-main.

“Pagi” sapa Tay.

“Kamu bawa Candy pake motor?” suara New langsung terdengar, membuat Tay mengangguk sebagai jawaban.

“Ih dia masih kecil Tay, kalo jatoh gimana? Nan-”

“Udah ya manis, Candy sendiri yang minta naik motor. Mana sosis bakar aku?” potong Tay lalu mengajak New menuju dapur, padahal itu rumah milik Newwiee.

“Pagi Bunda, makin cantik aja” sapa Tay dengan senyumnya.

“Pagi Tay, kamu juga makin tampan aja” balas Bunda New tak mau kalah.

Kekehan Tay terdengar, ia duduk di sebelah New, menperhatikan Newwiee-nya yang tengah mengambilkannya nasi beserta lauk pauk. Manis sekali.

Tay tawan sepertinya memang sudah jatuh pada pesona Newwiee thitipoom, paras tampan namun juga keliatan begitu cantik, New ini sebenarnya apa?

“Mikirin apa kamu?”

Lamunan Tay buyar, ia terkekeh lalu menggeleng pelan, mengucapkan terimakasih pada New – lalu mulai menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya dengan begitu santai.

“Bunda pergi deluan ya, nanti kuncinya taro di bawah keset aja Nyu”

•••

Kedua anak adam yang tengah berjalan beriringan melewati koridor Sma Petra yang mulai ramai, upacara hampir di mulai.

Letak kelas Tay itu di atas, namun ia meletakkan tasnya di kelas New terlebih dahulu, nanti selesai upacara di ambil. Begitu katanya.

“Nanti kalo gak kuat ke uks aja” ucap Tay pada New sembari memakaikan cowok manis itu topi sekolah.

“Aku bukan anak kecil, udah sana kamu ngumpul ke anak kelas”

“Iya, nganterin kamu dulu dong” jawab Tay.

New terkekeh pelan, Tay tawan dengan segala kelakuannya yang bisa bikin geleng-geleng kepala.

Mild benar, perlakuan Tay terlampau manis untuk di tolak.

“Pacar gue di barisan ke tiga, Non kalo New gak sanggup tolong bawa dia ke uks ya” ucap Tay pada Nanon – teman sekelas New.

“Tay”

“Aku gak mau kamu kenapa-napa”

“Oke, sekarang balik ke barisan kelas kamu”

“Di laci kamu tadi aku taro susu kotak kesukaan kamu, jangan lupa di minum”

•••

-Joya-

[I'm officially yours]

•••

Pintu bercat kuning cerah itu terbuka, menampilkan cowok manis dengan poni sedikit berantakan yang sedang menatapnya. Tay mengulas senyum tipis namun tak di balas oleh si manis.

“Ngomong diluar aja ya New”

New tak menjawab, namun ia menurut, duduk di depan teras bersama Tay tawan. Manusia yang akhir-akhir ini membuat jantungnya berdetak tak tau diri.

“Mau ngomong apa?”

“Tentang kita, tentang kita yang memang di takdirkan semesta untuk bersama”

“Kata Mild, kalau aku mencintai orang secra bersamaan, aku harus pilih yang kedua. Jadi jawabannya itu kamu”

“Newwiee, aku gak mau di tolak. Jadi ini bukan pertanyaan, tapi pemaksaan. Hatimu jadi milik aku”

New terkekeh pelan, lalu menatap Tay dengan mata memicing “Kalau aku gak mau?” tanya New.

Tay menaikkan kedua bahunya “Gak mau tau, harus mau. Seperti yang aku bilang, ini pemaksaan jangka super panjang”

“Tay tawan, ini juga pemaksaan dari aku untuk kamu. Jangan penah berpindah hati”

TayNew saling melempar senyum, lalu Tay menarik tubuh New agar bersandar disampingnya, menikmati angin malam berseta bintang dan bulan yang ikut bahagia tentang cerita mereka yang mempunyai ending hampir sempurna.

Kenapa hampir? Karena yang sempurna itu tak pernah ada.

“TayNew itu mutlak”

“Oh aku lupa, bentar ada di mobil”

Tay berlari kecil membuka pintu mobilnya, entah mau mengambil apa. Setelahnya cowok itu tersenyum lebar sampai-sampai gusinya kelihatan. Tangannya di sembunyikan kebelakang. Sok misterius.

Cowok berkulit tan itu menyuruh New untuk berdiri, dan New kembali menurut.

“Ini buku isi 100 lembar. Gak tau aku ngerasa kenangan sama kamu bakalan begitu banyak, jadi bisa di tulis disini. Kalau nanti bukunya habis, bilang ke aku ya”

“Biar aku beli lagi, tapi sejujurnya ini aku nyolong bukunya Candy”

“Di ambil ya Newwiee, jangan sungkan”

“Aku mau marah Tay”

“Aku juga cinta sama kamu, New”

•••

-Joya-

[Raga]

•••

Pernah merasa kamu punya jiwanya namun tak dengan raganya? Itu yang di rasakan Mild sekarang, ia sedang bersama Tay namun Mild merasa raga cowok itu tak disini.

“Tay kamu pernah denger gak, aku lupa deh siapa yang bilang”

“Denger apa?” Tay menyahut, menyenderkan kepalanya di bahu sang kekasih.

“Kalau kamu di hadapkan dengan dua orang yang kamu cintai secara bersamaan”

“Pilih yang ke dua, karna kalau kamu benar-benar mencintai yang pertama. Kamu gak bakal jatuh pada yang kedua”

Mild berucap sembari mengelus rambut Tay dengan pelan, ia menghela napas panjang.

“Tay kenapa keliatan sedih banget sih?”

Tay menengadah, menatap iris coklat milik Mild, ia bungkam.

Jemari Mild dengan perlahan mengelus rahang kokoh milik cowok berparas tampan itu “Jangan jadikan aku alasan kamu untuk bertahan sama hal yang gak mau kamu pertahankan”

“Dan jangan pernah jadikan lamanya kita bersama menjadi tolak ukur untuk bisa terus hidup selamanya”

“Tay, aku tau. Cara kamu menatap Newwiee itu beda ada cinta disana”

“Aku gak marah, gak juga kecewa sama kamu. Karna seperti yang aku pernah bilang, jika memang kamu itu takdirnya sama aku, mau gimana pun tetap pulang ke aku. Tapi jika enggak, mau gimana pun kita paksaan untuk terus bersama, gak akan pernah bisa terasa bahagia”

Mild tersenyum manis, gadis itu sama sekali tak menangis. Ia lanjut berucap “Jangan salahkan diri kamu, jangan salahkan aku atau Newwiee. Gak ada yang salah dari kita bertiga. Karna jalannya semesta untuk kita ya begini adanya”

“Mild”

“Aku lepasin kamu Tay, tapi janji harus bahagia. Karena kamu bakalan jadi orang yang paling aku tunggu kabar baiknya”

“Aku boleh minta nomor Newwiee?”

•••

-Joya-

[Lebih]

Newwiee menghela napas beberapa kali sembari membersikan luka Tay, cowok itu sesekali mengiris pelan.

“Newwiee”

Pemilik nama masih diam, menekan sedikit kuat agar Tay meringis, biarin saja.

“New sakit banget sumpah”

New masih diam, namun tangannya terus berkeja.

“Lagian ya, mau jadi jagoan? Biar apasih berantem-berantem gitu? Di sekolah lagi”

Tay diam, namun ia tersenyum manis.

“Seneng deh liat kamu versi yang ini. Ngomel-ngomel, makin indah tau gak”

“Kamu mau aku pukul?”

“Boleh pa-”

“Tay tawan”

Baik Tay maupun New langsung mengalihkan perhatian pada seorang gadis mungil yang berdiri di ambang pintu uks.

Gadis itu melangkah mendekati Tay, ekspresinya begitu khawatir.

“Kamu kenapa berantem sama Bright?”

Tay masih diam, menatap New lalu beralih pada gadis cantik itu.

“Aku” ucapan Tay menganggantung, seakan mencari jawaban “Aku bosen”

“Serius deh Tay, kamu tuh bikin aku khawatir tau gak”

“Iya maaf”

“Hai, maaf ya ini anak ngerepotin kamu, seharusnya gausah di obatin lukanya, sering banget berantem” gadis itu beralih pada New.

New tersenyum menanggapinya. Gadis berambut coklat tua itu mengulurkan tangannya “Kenalin, aku Mild pacarnya bapak ini”

•••

-Joya-